Lihat ke Halaman Asli

Ki Ageng Mangir dan Panembahan Senopati: Perjuangan Melawan Sistem Sentralistik

Diperbarui: 23 September 2022   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat mungkin banyak mengetahui mengenai cerita konflik yang pernah terjadi antara Panembahan Senopati yang merupakan Raja Mataram Islam dengan Ki Ageng Mangir Wanabaya yang merupakan pemimpin daerah perdikan Mangir. 

Dalam banyak cerita, menjelaskan jika perselisihan tersebut bersumber dari daerah Mangir yang tidak mau memberikan upeti kepada Mataram, hal tersebut diartikan oleh Mataram jika Mangir ingin mendirikan pemerintahan sendiri. 

Mataram Islam yang dipimpin oleh Panembahan Senopati kemudian menggunakan siasat melalui anaknya Pambayun untuk mendekati Ki Ageng Mangir, kemudian Ki Ageng Mangir terpikat dan menikah dengan Pambayun setelah itu dengan siasat yang telah diatur oleh Panembahan Senopati, Ki Ageng Mangir dapat disingkirkan dalam beberapa sumber menyebutkan jika Ki Ageng Mangir terbunuh ketika memasuki Mataram Islam. Hal tersebut akhirnya tujuan Panembahan Senopati untuk menguasai daerah Perdikan Mangir terwujud. 

Peristiwa konflik tersebut jika dilihat dengan kacamata sekarang merupakan suatu perjuangan yang dilakukan oleh daerah dalam hal ini daerah Mangir untuk mewujudkan sistem Desentralisasi atau pembagian kekuasaan. Panembahan Senopati tidak menghendaki sistem tersebut, Panembahan Senopati menginginkan sistem Sentralisasi.

Hal ini cukup beralasan, karena Panembahan Senopati menginginkan tidak ada yang menandingi Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati tidak menginginkan adanya daerah yang tumbuh dan berkembang tanpa kendali dari Mataram Islam. Hal tersebut mengartikan jika Panembahan Senopati menginginkan tidak ada yang dapat menyaingi Kerajaan Mataram Islam. 

Perdikan Mangir dengan dipimpin oleh Ki Ageng Mangir yang saat itu bernama Ki Ageng Mangir Wanabaya tetap kokoh dengan pendirian untuk tidak memberikan upeti kepada Mataram Islam. 

Ki Ageng Mangir menginginkan adanya pembagian kekuasaan tidak semuanya terpusat pada satu pemerintahan saja atau sentralistik, hal ini didasarkan pada alasan jika pemerintahan yang berbentuk sentralistik maka pemerintahan tersebut akan mengarah kesewenang wenangan yang dilakukan oleh pemimpin atau pemerintahan yang otoriter. 

Selain itu jika model Sentralistik diterapkan pada modern ini ditakutkan akan menimbulkan kekuasaan yang absolut mutlak kepada penguasa saja, dan akhirnya akan melahirkan pemerintahan yang antikritik dan masyarakat akan terbatasi hak-haknya sebagai rakyat. 

Walaupun Konflik Ki Ageng Mangir dan Panembahan Senopati merupakan percampuran antara fakta dan fiksi namun dalam konflik tersebut memberikan pembelajaran jika sistem pemerintahan yang berbentuk Sentralistik yang hanya berpusat kepada penguasa saja hanya akan melahirkan kebijakan yang antikritik dan berbahaya terhadap kebebasan bagi masyarakat. Penting bagi suatu pemerintahan dilakukan pembagian kewenangan dan tugas untuk menghindari pemerintahan yang absolut. 

Dalam hal ini cerita masa lampau telah memberikan pembelajaran yang berharga, pentingnya adanya suatu analisis terhadap cerita yang bersumber dari lisan dan tulisan yang berkembang di masyarakat dari zaman ke zaman, karena hal tersebut pasti akan memberikan pembelajaran yang berharga dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline