Maraknya isu resesi di Amerika menjadi tantangan tersendiri di tengah kerentanan perekonomian global dengan tingkat inflasi yang tinggi dengan pemulihan yang lebih lambat.
Ekonom dunia mulai mempertimbangkan resesi sebagai suatu kemungkinan yang semakin nyata. Perang yang tengah berlangsung di Ukraina, disertai dengan tindakan kebijakan dalam merespon perang dan tingginya variasi tingkat penyebaran varian COVID-19 di beberapa negara, membuat dinamika pemulihan semakin kompleks.
Di tengah dinamika tersebut, Kementrian keuangan,Bank Indonesia telah cukup adaptif dalam melakukan elaborasi respon terhadap isu global tersebut ditengah masalah kemiskinan.
Salah satu langkah terkini yang dilakukan Bank Indonesia misalnya melalui kebijakan suku bunga tetap yang menjadi instrumen utama, yang juga diperkuat dengan keberhasilan G20 dalam menggabungkan Integrated Policy Framework (IPF) dari IMF dengan Macro Financial Stability Framework (MFSF) dari BIS merupakan langkah strategis yang diharapkan mampu untuk mengakselerasi terwujudnya stabilitas perekonomian dan juga stabilitas harga global.
Tantangan yang dihadapin Indonesia memang cukup challenging, mulai dari pandemi, krisis ekonomi, krisis energi. Namun, di sisi lain, isu terkait keberlanjutan juga merupakan hal esensial dalam transformasi Indonesia menjadi negara maju.
Menteri keuangan Republik Indonesia menyampaikan dalam side event G20 14 Juli 2022 bahwa 65% dari penduduk Indonesia tinggal di daerah tepi pantai, yang mengalami eksposur tinggi atas risiko turunnya tinggi daratan karena naiknya suhu di Indonesia akibat kontribusi Indonesia atas efek rumah kaca yaitu sekitar 4.3% per tahun.
Oleh karenanya, Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan, juga perlu memonitor atas terlaksananya transisi menuju ekonomi hijau yang diharapkan tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun juga menyelamatkan planet.
Apalagi, urgensi atas climate action, isu perubahan iklim dan keberlanjutan terus menjadi topik utama dalam kancah internasional salah satunya pada United Nations’ Sustainable Development Goals.
Dengan memastikan kelancaran transisi menuju investasi hijau/ green investment, diharapkan Indonesia tidak hanya mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun juga berkelanjutan dengan adanya peningkatan standar kehidupan yang layak bagi masyarakat.
Perjalanan transisi Indonesia menuju ekonomi hijau telah dimulai secara gradual sejak lama. Low Carbon Development Initiative atau Pembangunan Rendah Karbon (PRK) dimulai pada 2017.
Bank Indonesia telah sejak lama mendorong pembiayaan berwawasan lingkungan antara lain dengan strategi peningkatan Sustainable Finance Instrument (SFI) melalui pengembangan instrumen keuangan dan investasi hijau, pembangunan ekosistem instrumen keuangan berkelanjutan, memberikan insentif kepada pembiayaan bagi properti dan kendaraan yang bermotor berwawasan lingkungan, berupa pelonggaran kebijakan rasio loan-to-value atau financing-to-value kredit/pembiayaan properti, serta uang muka kredit/pembiayaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.