Lihat ke Halaman Asli

Kantor Bahasa Maluku Tingkatkan Kompetensi Wartawan dalam Kebahasaan

Diperbarui: 1 April 2016   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pengurus FBMM Pusat, Apolonius Lase, sedang menyajikan materi tentang kalimat logis dalam bahasa ragam jurnalistik, Kamis, 31 Maret 2016, di lantai 7 Hotel Everbright, Ambon, Maluku."][/caption]

FBMM, AMBON — Wartawan harus terus meningkatkan kemampuan dan kecerdasan dalam bernalar ketika menuliskan berita. Menggunakan bahasa yang logis akan mempermudah khalayak dalam memahami maksud pesan yang disampaikan. Selain itu, kelogisan kalimat berita berdasarkan fakta dan kebenaran juga menghindarkan konsekuensi hukum.

Hal itu mengemuka dalam lokakarya selama dua hari, 30-31 Maret 2016, yang digelar oleh Kantor Bahasa Maluku dalam rangka meningkatkan kompetensi kebahasaan bagi wartawan se-Kota Ambon. Lokakarya itu dilaksanakan di Hotel Everbright, Jalan Cenderawasih No 20, Ambon, dan dihadiri 23 wartawan dari berbagai media massa se-Kota Ambon.

"Kelogisan dalam berbahasa, mulai dari pemilihan kata, kalimat, hingga paragraf, harus menjadi perhatian para wartawan sehingga pesan yang disampaikan bisa diserap dengan mudah oleh khalayak," demikian disampaikan pengurus Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Pusat, Apolonius Lase, yang diundang sebagai narasumber.

Penyelaras Bahasa Kompas itu mengingatkan bahwa peran jurnalis sangat besar dalam menyosialisasikan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada masyarakat.

"Karya jurnalistik para wartawan yang ditulis media massa memiliki kemampuan penetrasi besar untuk sampai ke masyarakat dari berbagai lapisan. Dibandingkan dengan guru bahasa Indonesia, misalnya, yang hanya sebatas bisa 'memengaruhi' murid-muridnya dalam satu kelas, jurnalis jauh lebih berpengaruh. Tulisannya bisa dibaca oleh presiden, gubernur, bupati, hingga kepala desa. Dari pengusaha besar hingga tukang becak. Karena itu, kalimat-kalimat dalam berita tidak boleh bertentangan dengan nalar," ujarnya.  

Dalam pemaparannya, Apolonius mengatakan bahwa banyak kalimat yang melawan nalar ditemukan di berbagai media massa. Kekeliruan itu dianggap sebagai kelaziman karena sudah begitu sering dipakai. Apolonius membeberkan berbagai contoh kalimat yang melawan nalar yang pernah dimuat di media massa.

Pada hari kedua, Apolonius menyampaikan materi terkait kesalahan-kesalahan kalimat dan pembetulannya. Para peserta juga mendapatkan penyegaran dengan mengikuti tes awal (pre-test) pada hari pertama dan tes akhir (post-test) pada hari kedua.

Mengenang J.S. Badudu

Ketua Panitia Adi Syaiful Mukhtar dalam laporannya mengatakan, lokakarya ini seyogianya dilaksanakan Juli 2016, tetapi dimajukan untuk sekaligus mengenang tokoh penting bahasa Indonesia, J.S. Badudu, yang wafat pada 12 Maret 2016.

Hal itu ditegaskan oleh Kepala Kantor Bahasa Maluku Dr Asrif, "Jasa Jusuf Sjarif Badudu begitu besar dalam memperjuangkan penggunaan bahasa yang baik dan benar di negeri ini. Karena itu, acara ini kami dedikasikan untuk Beliau yang telah berjasa dalam pengembangan bahasa Indonesia." Asrif mengajak semua peserta mengheningkan cipta dan berdoa untuk mendiang J.S. Badudu selama dua menit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline