Fbhis.umsidsa.ac.id - Pasar modal memainkan peran penting dalam perekonomian global, menjadi jembatan antara entitas yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan modal. Melalui pasar modal, perusahaan dapat menghimpun dana untuk mendukung operasional dan ekspansi, sementara investor memperoleh peluang untuk meningkatkan nilai aset mereka. Namun, harga saham sebagai indikator utama pasar modal sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, termasuk inflasi.
Penelitian terbaru dari dosen prodi bisnis digital Bayu Hari Prasojo, yang menyoroti hubungan antara inflasi dan harga saham menunjukkan hasil yang menarik. Temuan-temuan ini, yang bertolak belakang dengan asumsi konvensional, memunculkan pertanyaan baru tentang dinamika pasar modal. Apakah hasil ini menandakan adanya perubahan pola yang perlu dipahami oleh investor? Bagaimana variabel makroekonomi lain ikut memengaruhi keputusan investasi?
Inflasi dan Paradoksnya dalam Pasar Saham
Secara teori, inflasi yang tinggi memiliki dampak negatif terhadap harga saham. Ketika inflasi meningkat, daya beli masyarakat cenderung menurun, yang pada gilirannya memengaruhi pendapatan perusahaan. Selain itu, inflasi yang tinggi biasanya memicu kenaikan suku bunga, yang membuat pembiayaan melalui utang menjadi lebih mahal bagi perusahaan. Hal ini juga mengurangi daya tarik investasi saham dibandingkan aset berbunga tetap, seperti obligasi.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan di sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019. Hasil ini bertentangan dengan banyak penelitian sebelumnya yang menemukan hubungan langsung antara inflasi dan kinerja pasar saham.
Mengapa hal ini terjadi? Salah satu kemungkinan adalah bahwa investor di sektor properti telah mengantisipasi dampak inflasi dalam strategi mereka. Selain itu, sektor properti memiliki karakteristik unik, di mana kenaikan harga properti sering kali sejalan dengan inflasi. Mekanisme ini berpotensi melindungi nilai aset perusahaan, sehingga mengurangi efek negatif inflasi terhadap harga saham.
Faktor Makroekonomi Lainnya: Profitabilitas, Leverage, dan Nilai Pasar
Selain inflasi, penelitian ini juga menyoroti faktor-faktor lain seperti profitabilitas, leverage, dan nilai pasar. Hasil menunjukkan bahwa nilai pasar, yang diukur melalui Earning Per Share (EPS), memiliki dampak signifikan terhadap harga saham. EPS mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, sehingga logis jika investor lebih memilih saham dengan EPS yang tinggi.