Lihat ke Halaman Asli

Fazil Abdullah

Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Puisi | Anak Kayu di Istana Remang

Diperbarui: 3 Februari 2023   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.archello.com

jalan hidup yang tak
selalu mulus
pernah kau tembus
kau kira diri telah punya
namun ternyata petaka
datang tanpa aba-aba
sementara diri tak bisa bela

sendiri jatuh kau tanggung
serupa kayu ambruk tanpa tumpu

sementara rerimbun selingkung
hanya mendesau kau ke udara murung
dipalu kau yang lapuk
ditalunkan kau bangkai debu
kalaupun tumbuh hanya jamur
melumuri kasur

tapi kau tetap terus melabur hidup

ketika mimpi kembali ditabur
perihal sepohon kayu yang melebur
jadi kursi, pintu, dan ranjang makmur
di kamar istana lelaki uzur,
kau langsung sergap
karena kakimu mulai kedap
sementara aman makin redap
dan hidupmu masih lindap.

namun, di tikungan waktu
kau lagi-lagi getir
saat matahari tak lagi
memancar
dan bayangmu
ikut memudar
kau pun terpenjara gentar
hingga kau memilih sunyi sembunyi

nenarnya peta
kau mulai lupa arah
hidup tanpa marwah
pasrah pada yang entah
yang kau kira indah
daripada realita yang telah pecah.

sementara aku sendiri di sini, Mama
harus berenang hidup
menyusuri rimba zaman
mencari dan membawa  
api untuk membakar dedaunan kata
yang menyampah, berkuntilanak,
dan berular di luar
demi ada terang istana kita yang lembab
namun masih saja remang-remang.

***
(Aceh, 03 Februari 2023)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline