Lihat ke Halaman Asli

Fazil Abdullah

Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Puisi | Jejak Abu-abumu untuk Mata Buih

Diperbarui: 2 Januari 2020   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kata dan lakumu yang tinggal pada jejak
berakhir di pembuangan
jadi pembungkus makanan siap saji
jadi pembakar kayu di perapian
jadi abu pencuci piring di pelosok
jadi pemusnah serangga di kebun

Kala jejak abu-abumu hendak diminum
di gurun kehausan
nyatalah selayang fatamorgana

Kala hendak dicerna
ternyata api yang jauh dari panggang
mengantung busuk

Kala hendak dijalankan
mengantarkan pada kabut
mengurung buta

Adalah abu-abumu yang dipilah-pilih
diambil hitam, dijadikan tsunami
atau api-api melubangi bumi
sementara putih, dijadikan purnama
saat malam-malam gulita

Pada akhirnya
jejakmu hanya debu
yang harus disapu

Sementara penerusmu
tetap buih

*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline