Lihat ke Halaman Asli

Fazil Abdullah

Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Negeri Ganja

Diperbarui: 4 Februari 2020   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: shutterstock.com

Alkisah para penasihat, dewan raja Negeri Ganja sudah sepakat bahwa ganja akan dimanfaatkan secara besar-besaran. Peraturan pun keluar berkenaan pemanfaatan ganja tepat guna.

Akan diproduksi besar-besaran, dikelola, dijaga, diolah dan dimanfaatkan secara ketat oleh negeri dan militer. Beberapa titik lahan Negeri Ganja pun ditanamilah ganja. Negeri dan militer kelola. Penanamnya benar-benar petani yang diseleksi dan berintegritas. Tak sembarang. Dilarang menyalahgunakannya.

Rakyat tak boleh, tak berhak, tak boleh ikut terlibat. Ini barang bahaya jika salah digunakan. Penjara dan hukuman mati. Negeri memanfaatkannya hanya untuk industri dan medis, bukan barang hiburan (rekreasi). Titik.

Negeri Ganja benar-benar sistemik berkenaan pemanfaatan ganja. Dari praproduksi ganja, masa produksi ganja, hingga pascaproduksi ganja. Modal, pemanfaatan teknologi, dan pemasaran benar-benar dikuasai dari hilir ke hulu. Pemanfaat untuk industri dan medis.

Permintaan dari negari-negeri lain pun berdatangan. Menciptakan gelombang ekspor ke mancanegara. Mereka pesan untuk industri dan medis. Luar biasa pendapatan Negeri Ganja.

Negeri Ganja pun kaya, makmur, dan sejahtera. Setiap KK (kepala keluara) dapat rumah, mendapat 3jt/KK perbulan, dan setiap orang bisa dinaikan haji pakai pesawat jet khusus milik Negeri Ganja.

Sayang, Negeri Ganja lalai. Karena keenakan, jadi kurang giat beraktifitas dan bersaing. Banyak rakyatnya mengalami obesitas dan hedonistik.

Ketika harga ganja jatuh di pasaran, Negeri ganja tak siap. Terpukul. Bangkrut. Pendapatan utama Negeri Ganja hanya mengandalkan ganja. Rakyat pun chaos. Karena tak dapat 3 juta perbulan lagi, akhirnya rusuh. Terjadilah kriminalitas. Pembakaran, pencurian, pembunuhan, dan lain-lain.

Akhirnya, Negeri Ganja kembali lemah. Miskin. Mulai lagi dari nol bangun negeri tanpa bergantung ganja. Lalu Negeri ini menyimpulkan bahwa ganja itu memang candu, memabukkan, melalaikan, dan bikin malas meskipun tak dikonsumsi langsung.

Negeri pesaing lain, tertawa terbahak-bahak melihat Negeri Ganja menyimpulkan begitu. "Siapa suruh hidup bergantung sama ganja?! Itu baru candu namanya. Penyalahgunaan namanya. Merusak. Mabok. Kenapa SDA lain gak dimanfaatkan pas lagi jaya sehingga gak bergantung sama ganja doang? kenapa kenapa?! Mikir, mikir!! Goblok kok dipelihara!"

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline