Lihat ke Halaman Asli

Petualang dengan Mencintai Kesenian Daerah yang Ciamik

Diperbarui: 27 Oktober 2022   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Perkenalan Alat Musik Khas Aceh (Dokpri)

Sebagai Negara Kesatuan yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke dan Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman didalamnya Indonesia menyimpan banyak pesona dan potensi yang tidak bisa kita bayangkan. Banyak dari kita yang bertanya apa itu Ckinta Indonesia. Cinta Indonesia adalah perasaan yang datang dari hati nurani untuk memelihara, membela dan melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan yang membuat warga negara merasa tidak aman, nyaman, damai, dan sejahtera.

Wujud cinta tanah air bisa dilakukan dengan banyak cara salah satunya yaitu mencintai budaya yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Budaya yang sudah ada banyak sekali, ada Bahasa, Suku, Kesenian dan masih banyak lagi. Kesenian tradisional yang ada di Indonesia sangat banyak sekali meliputi seni tari, seni musik, seni rupa, sastra dan masih banyak lagi.

Kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki rasa cinta yang sudah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa seharusnya mempunyai rasa cinta terutama terhadap kesenian yang sangat berlimpah di tanah air Indonesia ini.

Melestarikan kesenian tradisional agar tetap menjadi warisan budaya tanah air yang tetap dicintai oleh warga negara harus dilakukan oleh seluruh elemen warga negara baik orang tua, kaum muda sampai ke anak-anak. Di tengah kemajuan globalisasi terutama teknologi, kita sebagai warga negara bisa memanfaatkannya dengan baik sehingga pesona dan potensi kesenian yang ada di tanah air ini tetap menjadi warisan budaya tanah air.

Sebagai kaum muda kita lebih bisa mencintai kesenian sebagai wujud cinta terhadap tanah air. Kita dapat memulainya dari individu per individu, selanjutnya ke individu-masyarakat, masyarakat-masyarakat dan akhirnya bisa ke tingkat tanah air bahkan mendunia.

Untuk berpartisipasi melestarikan kesenian ke masyarakat tidak hanya dilakukan dengan adanya pertunjukan tetapi bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan cara menyebarkan dan mencari informasi terkait kesenian yang ada di tanah air, membuat pertunjukan yang menarik masyarakat melalui media offline maupun online.

Gambar 2. Mahasiswa PMM 2 UNSAM menampilkan Tarian Ratoeh Jaroe (Dokpri)

Aceh dengan segala keistimewaan dan kekayaannya baik itu kekayaan alam dan budaya yang dimiliki tentu memiliki daya tarik tersendiri, salah satunya bidang tarian. Selain tari saman, tari seudati dan tari ranup lampuan, Aceh juga dikenal dengan tarian lain yang tidak kalah memukau, yaitu tari ratoh jaro. Tarian yang ditampilkan saat pembukaan Asian Games tahun 2018 lalu berhasil memukau jutaan pasang mata yang melihatnya. 

Menurut berbagai sumber, tarian ratoeh jaroe ini diciptakan oleh Yusri Saleh atau yang biasa dikenal sebagai dek gam. Yusri merantau ke Jakarta sekitar tahun 2000-an, bakat seni yang ia miliki menjadikannya sebagai pelatih tari di anjungan Pemerintah Aceh. Singkat cerita ia dipercaya sebagai koreografer dalam parade di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) pada acara tari tingkat nasional dan mendapatkan gelar sebagai koreografer terbaik. 

Sejak saat itu tarian ratoh jaroe mulai dikembangkannya. Tarian ini merupakan perpaduan antara beberapa tarian tradisional aceh yaitu likok pulo, rapai geleng, rateb meusekat, dan ratoh duek sehingga menghasilkan bentuk tarian unik. Hingga sekarang tarian ini dikenal baik dalam negeri maupun mancanegara.

Jika dilihat dari gerakannya mungkin tarian ini bisa dibilang mirip dangan tari saman. Namun jika diperhatikan dengan lebih jeli, maka akan terlihat perbedaan antara keduanya. Biasanya tarian ratoh jaroe dibawakan secara berkelompok oleh penari perempuan dan berjumlah genap. Sedangkan tari saman dibawakan oleh penari laki-laki dan terkadang juga dibawakan oleh wanita. Tarian ini sangat mengutamakan kekompakan dan keselarasan gerakan tangan sesama penari. Selain itu, gerakan tangan juga harus cepat dan tegas. Sehingga jika ada salah satu orang saja salah gerakan maka akan terlihat tidak serasi.

Sejak tahun 2011 tarian ini sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya Internasional. Seiring berjalannya waktu, tari ratoh jaroe memiliki makna dan nilai filosofis tertentu. Tarian yang dibawakan oleh perempuan dengan iringan syair religius ini dimaknai sebagai wujud semangat, jiwa pemberani dan pantang menyerah para wanita Aceh. 

Eksisnya tari ratoh jaroe ini semakin memperlihatkan kekayaan budaya yang dimiliki aceh dan Indonesia di kancah Internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline