Lihat ke Halaman Asli

Faza yudhistira

mahasiswa unair

Menjejak Puthuk Gragal, Pendakian yang Mengubah Perspektif

Diperbarui: 20 Oktober 2024   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

POS SELAMAT DATANG

Sebagai mahasiswa pariwisata di Universitas Airlangga, saya selalu merasa terhubung dengan destinasi – destinasi yang ada, salah satunya adalah destinasi wisata alam. Dalam studi saya, pariwisata bukan hanya soal tempat wisata populer, tetapi juga tentang bagaimana alam dan budaya setempat dapat dinikmati dan dilestarikan. Salah satu pengalaman mendalam yang memberi saya refleksi mengenai wisata alam berkelanjutan adalah saat mendaki Gunung Puthuk Gragal, sebuah bukit yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur.Puthuk Gragal mungkin tidak sepopuler gunung-gunung besar lainnya di Indonesia, namun bagi penduduk lokal dan sebagian kecil wisatawan, gunung ini menyimpan keindahan yang menenangkan. Berada di daerah pedesaan yang damai, Puthuk Gragal menawarkan pemandangan alam hijau dan panorama perbukitan yang spektakuler, dengan suasana yang jauh dari hiruk-pikuk kota.

Pendakian saya dimulai di pagi hari yang cerah. Saya dan beberapa teman kampus memutuskan untuk menjelajahi tempat ini setelah mendengar rekomendasi dari warga lokal. Jalur pendakian menuju puncak Puthuk Gragal relatif ringan di awal, dengan jalan setapak yang melintasi ladang warga. Di sepanjang perjalanan, udara segar dan aroma dedaunan membuat saya semakin bersemangat untuk terus melangkah.

Namun, tidak lama setelah memulai perjalanan, jalur yang tadinya landai mulai menanjak dan lebih menantang. Kami mulai merasakan betapa curamnya beberapa bagian jalan yang licin akibat kabut pagi. Saya sempat tergelincir beberapa kali, dan saat itu muncul keraguan dalam diri saya. “Apakah saya bisa mencapai puncak?” pikir saya sambil melirik teman-teman yang tampak kelelahan.

Ketika kami beristirahat di sebuah pos kecil di tengah perjalanan, saya duduk sejenak, menikmati semilir angin yang sejuk. Dari ketinggian, saya bisa melihat hamparan sawah dan rumah-rumah penduduk yang tampak kecil di kejauhan. Ini adalah momen refleksi bagi saya. Saya mulai merenung tentang bagaimana alam dapat membawa kedamaian bagi jiwa yang lelah. Saya menyadari bahwa mendaki gunung bukan sekadar mencapai puncak, tetapi juga tentang menghargai setiap langkah dalam perjalanan itu sendiri.

puthuk gragal

Di sinilah Puthuk Gragal mengajarkan saya tentang filosofi pariwisata berkelanjutan. Pariwisata bukanlah tentang meraup keuntungan sebanyak mungkin dari destinasi tertentu, melainkan tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara eksplorasi dan konservasi. Setiap langkah yang kita ambil di alam harus diiringi dengan rasa hormat terhadap lingkungan dan komunitas setempat. Sebagai mahasiswa pariwisata, ini adalah salah satu hal yang ingin saya terapkan di masa depan: menjaga kelestarian alam sambil tetap memberikan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan.

Perjalanan ke puncak Puthuk Gragal semakin menantang ketika kami memasuki bagian yang lebih terjal. Namun, semangat saya kembali bangkit setelah mengingat alasan utama mengapa saya memulai pendakian ini: untuk memahami lebih dalam makna interaksi manusia dengan alam. Saat itu, saya tidak hanya mendaki sebagai seorang mahasiswa pariwisata, tetapi juga sebagai individu yang ingin belajar lebih banyak tentang kehidupan dan bagaimana alam dapat mengajarkan kita banyak hal, termasuk kesabaran dan ketekunan.

Setelah beberapa jam mendaki, kami akhirnya mencapai puncak Puthuk Gragal. Pemandangan yang tersaji di depan mata sungguh luar biasa. Langit yang cerah dengan awan-awan tipis menghiasi cakrawala, sementara matahari sore mulai condong ke barat, menyinari lembah-lembah di bawah dengan warna keemasan. Dari ketinggian ini, saya bisa melihat betapa luasnya dunia ini, dan betapa kecilnya manusia di hadapan alam. Semua kelelahan yang saya rasakan selama perjalanan seakan sirna, digantikan oleh rasa syukur dan kagum terhadap ciptaan Tuhan.

puncak puthuk gragal

Di puncak Puthuk Gragal, saya menemukan bukan hanya pemandangan indah, tetapi juga pelajaran hidup yang berharga. Saya menyadari bahwa dalam pariwisata, kita harus selalu menghormati alam. Pengembangan destinasi wisata harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan melibatkan masyarakat setempat. Pariwisata tidak boleh merusak, melainkan harus menjaga dan merawat keindahan alam yang menjadi daya tarik utama. Puthuk Gragal menjadi contoh nyata bagi saya tentang bagaimana pariwisata yang berkelanjutan dapat menciptakan harmoni antara manusia dan alam.

Setelah menikmati pemandangan di puncak Puthuk Gragal dan menghabiskan waktu untuk beristirahat, kami memutuskan untuk mulai perjalanan turun. Jalan menurun terasa lebih ringan, meski tetap harus berhati-hati karena beberapa jalur masih licin. Dalam perjalanan turun, kami diberi tahu oleh penduduk setempat bahwa di dekat kaki gunung terdapat sebuah air terjun kecil yang sering dijadikan tempat singgah oleh para pendaki.

Rasa penasaran membawa kami menuju air terjun tersebut. Setelah berjalan sekitar 1 jam dari jalur pendakian, kami tiba di tempat yang dimaksud. Suara gemericik air mulai terdengar, dan perlahan- lahan kami melihat air terjun yang mengalir deras dari atas bebatuan yang tinggi. Meskipun tidak sebesar air terjun di lokasi wisata terkenal, air terjun ini menyimpan pesona yang menenangkan, dikelilingi oleh pepohonan hijau dan batu-batuan yang alami.

air terjun puthuk gragal

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline