Lihat ke Halaman Asli

Cinta Hakiki

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sebuah refleksi tentang cinta)

Pernah saya membaca sebuah status di salah satu jejaring sosial, bahwa pembahasan yang tidak pernah bosan untuk dibicarakan adalah pembahasan cinta. Entah apa yang diinginkan oleh penulis status itu. Apakah dia sedang merasakan indahnya jatuh cinta atau itu hanyalah sebuah sensasi yang ia utarakan melalui jejaring sosial. Namun jika saya amati, pasti penulis tidak asal-asalan untuk membuat sebuah status yang nantinya akan dibaca oleh seluruh penduduk alam ini.

Sekilas, kita tidak perlu membahas sebuah cinta. Karena cinta-menurut saya pribadi-adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh semua makhluk hidup. Bukan hanya manusia saja yang bisa merasakan cinta, namun makhluk hidup yang lainpun juga bisa merasakan cinta. Oleh karena itu, cinta jika dibahasakan dengan ilmu Tauhid adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal jika tidak ada.

Namun, sejatinya cinta itu tergantung kepada orang yang menjalankannya. Jika ia jalankan cinta pada sebuah jalan yang berliku dan sesat, maka ia akan terjerumus dalam jalan itu. Sebaliknya, jika ia mengarahkan cintanya pada jalan yang lurus dan benar, maka disitulah ia menemukan cinta yang hakiki. Mengapa saya menyebutnya cinta hakiki? Karena hakikat cinta itu suci, dan cinta yang suci hanyalah cinta kepada Al-Wadud.

Jika cinta yang suci hanya cinta kepada Allah, lantas bagaimana dengan cinta kita kepada makhluk-Nya? Apakah itu juga cinta sejati?. Gambarannya seperti ini, apabila ada teman kita yang selalu menolong dan membahagiakan kita, apakah kita membencinya? Tentu tidak. Dan Allah pun selalu mengabulkan permintaan kita dan selalu memberi pertolongan, apakah kita tidak melampiaskan cinta kita kepada Allah? Sedangkan semua yang ada di bumi dan di langit ini atas kehendak Allah. Manusia bisa berbuat baik kepada kita atas kehendak Allah, semua atas kehendak Allah.

Dan apabila kita mencintai makhluk Allah, usahakan cinta kita bisa menjadi media untuk lebih dekat dengan-Nya. Misalnya cinta kepada hamba yang taat kepada-Nya. Serta jadikanlah cinta kita itu sebagai cinta yang dapat menambah frekuensi cinta kita kepada Allah. Bukan yang dapat menjauhkan dari-Nya.

Akhiran, semoga kita bisa merasakan sebuah cinta yang hakiki, cinta yang dapat membawa kita kepada kedamaian. Serta dijauhkan dari cinta yang dapat menjerumuskan serta menjauhkan diri kita kepada Allah. Allahumma inna nas’aluka hubbaka, wa hubbaman yuhibbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline