Lihat ke Halaman Asli

Faza Atsila

Universitas Airlangga

Mengapa Tidak Semua Obat Diberikan dengan Cara Diminum?

Diperbarui: 10 Juni 2022   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: conceptdraw.com

Pernahkah Anda bertanya, mengapa ada obat yang diberikan melalui injeksi? Atau, mengapa ada obat yang diberikan melalui anus? Mengapa tidak semua obat diberikan secara oral melalui mulut kita? Ternyata, perbedaan rute pemberian obat ini memiliki tujuan yang jelas dan krusial dalam upaya penerapan terapi obat. Perbedaan ini didasari oleh pengetahuan mendalam mengenai masing-masing obat, serta anatomi dan fisiologi tubuh manusia sebagai resipien obat tersebut.

Rute pemberian obat merupakan rute yang dilalui oleh sediaan obat di dalam tubuh manusia dalam upaya pengobatan berbagai penyakit dan gangguan pada diri seseorang. Rute pemberian obat seringkali diklasifikasikan berdasarkan lokasi pemberian obat pada tubuh, contohnya rute oral atau melalui mulut. Pemilihan rute pemberian obat ini tidak hanya bergantung pada kenyamanan pasien, tetapi juga pada sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat tersebut.

Rute pemberian obat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu rute sistemik dan rute lokal/topikal. Pada rute sistemik, obat dimaksudkan untuk sampai ke dalam sirkulasi sistemik (darah). Rute ini dibagi lagi ke dalam rute enteral, di mana obat masuk melalui saluran pencernaan, serta rute parenteral, di mana obat langsung masuk ke darah tanpa melalui saluran pencernaan. Berikut penjelasan singkat mengenai macam-macam rute pemberian obat beserta tujuan pemilihannya.

Sediaan obat dengan rute pemberian enteral dapat masuk secara oral, sublingual/bukal, ataupun rektal.

  • Oral

Rute pemberian obat secara oral, yaitu obat masuk melalui mulut dengan cara ditelan, merupakan rute pemberian obat yang nyaman, hemat biaya, dan paling umum digunakan. Target utama absorpsi obat yang diberikan secara oral biasanya adalah usus halus, dan bioavailabilitas obat dipengaruhi oleh jumlah obat yang terabsorbsi di sepanjang epitel usus. 

Dalam pemilihan rute oral, efek lintas pertama (first-pass effect) merupakan harus diperhatikan, karena efek ini berpengaruh pada metabolisme obat, di mana konsentrasi obat berkurang secara signifikan sebelum mencapai sirkulasi sistemik, yang seringkali disebabkan oleh metabolisme yang terjadi di hati.

  • Sublingual/bukal

Pemberian obat melalui rute sublingual/bukal dilakukan dengan mengoleskan obat langsung di bawah lidah (sublingual) atau dinding bagian dalam dari pipi (bukal). Rute sublingual/bukal diindikasikan untuk obat dengan metabolisme lintas pertama yang tinggi, yang perlu menghindari metabolisme yang terjadi di hati. 

Rute ini memanfaatkan efek lintas pertama tinggi yang dimilikinya, di mana obat mengalami difusi pasif melalui darah vena di rongga mulut, yang melewati vena portal hepatik dan mengalir ke vena cava superior.

  • Rektal

Rute rektal merupakan rute yang memungkinkan absorpsi obat yang cepat dan efektif melalui mukosa rektum yang sangat tervaskularisasi. Rute pemberian ini berguna untuk pasien dengan masalah motilitas gastrointestinal, seperti disfagia atau ileus yang dapat mengganggu penghantaran obat di saluran usus, serta pasien yang tidak diperbolehkan untuk makan sementara waktu, 

misalnya setelah operasi. Serupa dengan rute sublingual/bukal, obat yang diberikan secara rektal mengalami difusi pasif dan sebagian melewati metabolisme lintas pertama. Hanya sekitar setengah dari obat yang diserap di rektum akan masuk ke hati.


Selain secara enteral, sediaan obat dengan rute pemberian sistemik juga dapat masuk melalui rute parenteral, yang dapat dibagi lagi ke dalam rute intravena, intramuskular, dan subkutan.

  • Intravena

Pada rute intravena, obat langsung dibawa ke dalam darah cara injeksi. Rute intravena diindikasikan ketika dibutuhkan efek obat yang cepat, dibutuhkan tingkat obat serum yang tepat, obat tidak stabil, atau obat sulit diserap oleh saluran pencernaan. Rute intravena juga digunakan pada pasien dengan gangguan mental serta pasien yang sedang tidak dapat menerima obat secara oral. 

Karena lokasinya yang superfisial pada kulit, vena perifer dapat berikan akses mudah ke sistem peredaran darah, sehingga obat dapat menghindari metabolisme lintas pertama di hati.

  • Intramuskular

Rute pengobatan intramuskular menginjeksikan obat ke lapisan otot tubuh. Rute ini digunakan ketika penyerapan obat secara oral terjadi dalam pola yang tidak menentu atau tidak lengkap, obat memiliki metabolisme lintas pertama yang tinggi, atau ketika pasien tidak mematuhi aturan pengonsumsian obat. 

Melalui rute intramuskular, obat dapat larut secara perlahan ke dalam sirkulasi dan memberikan dosis berkelanjutan dalam jangka waktu yang lebih lama. Injeksi vaksin merupakan salah satu contoh injeksi intramuskular.

  • Subkutan

Jaringan subkutan memiliki sedikit pembuluh darah, yang memungkinkan obat mengalami penyerapan pada tingkat yang lambat dan berkelanjutan. Rute ini digunakan salah satunya ketika ukuran molekul obat terlalu besar untuk diserap secara efektif di saluran usus, serta ketika dibutuhkan penyerapan yang lebih cepat daripada rute oral. 

Injeksi subkutan mudah dilakukan dan tidak membutuhkan keterampilan khusus, sehingga dapat dilakukan sendiri oleh pasien. Contoh obat umum yang diberikan secara subkutan yaitu insulin, heparin, dan antibodi monoklonal.

Sediaan obat juga dapat diberikan melalui rute lokal/topikal, di mana obat diberikan dengan dioleskan pada kulit atau membran mukosa untuk menimbulkan efek lokal. Rute topikal digunakan ketika efek lokal obat dibutuhkan secara cepat. Rute ini juga memungkinkan minimnya efek samping, karena obat tidak melalui area tubuh lainnya, melainkan hanya pada area target terapi obat. 

Pemberian obat topikal untuk kulit secara umum bertujuan untuk mempertahankan hidrasi lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, menciptakan anestesi lokal, serta mengatasi infeksi, abrasi dan iritasi. Namun, pemberian obat secara topikal pada kulit sangat terbatas karena tidak banyak obat yang dapat langsung menembus kulit yang utuh.

Berdasarkan pemaparan di atas, jelas bahwa banyaknya rute pemberian obat yang ada memiliki alasan yang krusial yang sangat mempengaruhi efektivitas terapi obat yang diinginkan. Jelas bahwa tidak semua obat dapat diberikan secara oral atau diminum langsung, karena setiap senyawa obat memiliki karakteristik yang berbeda. 

Masing-masing rute juga memiliki keunggulan, kelemahan, dan tujuan yang berbeda. Dengan pengetahuan mengenai hal tersebut, sediaan obat kemudian dibuat sedemikian rupa oleh seorang farmasis sesuai dengan rute pemberian yang paling tepat agar dapat memberi efek terapi yang optimal dan sesuai harapan.

Referensi:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline