Lihat ke Halaman Asli

Faza Abidah

Big dream big hope big spirit big action big success

Pengalaman Menjadi Santri Baru

Diperbarui: 6 November 2021   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                       Pengalamanku Menjadi Santri Baru di Pondok Pesantren

     Pengalaman hidup menjadi seorang santri memiliki cerita dan kesan tersendiri bagi aku yang pernah tinggal dipondok pesantren, pengalaman yang mungkin tidak akan bisa terlupakan dalam kehidupanku. Hiruk pikuk perjalanan  seorang santri tentu memberikan warna yang berbeda karena banyak sekali cerita yang tidak akan aku dapatkan di kehidupan luar pesantren.

     Semenjak aku duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar,  aku ingin sekali setelah lulus dari sekolah dasar melanjutkan sekolah dipondok pesantren dan aku ingin pondok pesantrennya jauh dari rumah dimanapun itu yang penting jauh dari kotaku  karena aku ingin mencari pengalaman dikota orang.

     Alhamdulillah nya orang tua pun mengabulkan keinginanku untuk mondok setelah lulus dari Sekolah  Dasar. Akhirnya orang tuaku mencari-carikan pondok pesantren dan aku pun cocok dengan pilihan orang tuaku.  Pada tanggal 27 Mei 2014 akhirnya aku dan orang tuaku survei ke pondok pesantren dan pada hari itu juga setelah melihat-lihat lingkungan pondok pesantren aku juga langsung daftar.

     Selang 1 bulan setelah survei tepatnya pada tanggal 27 Juni 2014 aku akhirnya berangkat ke pondok pesantren yang mana lokasinya lumayan jauh dari rumahku. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya sampailah dipondok yang mana pada saat itu di pondok lagi liburan semester dan juga H-1 hari puasa Ramadhan. Beruntungnya mbak-mbak dikamarku kebanyakan berasal dari Bali, jadi mereka tidak pulang kerumahnya.

     Hari pertama dipondok berasa canggung sekali karena suasananya sudah beda sekali dengan dirumah, berpisah dengan orang tua, gak ada Hp, gak ada televisi dsb. dan aku juga masih gak menyangka kalo aku sudah berada dipondok. Tetapi aku yakin aku pasti bisa melewati semua ini, dan ternyata pondok pesantren tidak seburuk apa yang aku bayangkan, ternyata dipondok pesantren itu seru sekali karena setiap hari kita selalu dekat dengan orang-orang sholeh, orang-orang ahli ilmu, mempunyai banyak teman dari berbagai kota, belajar tentang kebersamaan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

     Satu minggu setelah itu, ada tes tulis untuk para santri yang mana tes tersebut dijadikan sebagai acuan untuk pembagian kelas madrasah diniyah. Dan untuk soal-soal tesnya tentang tauhid, nahwu, shorof, imla`.

     Setelah 3 hari tes tulis ada pengumuman bahwa nama-nama yang dipanggil ditunggu kehadirannya di Ghurfah Ustadzah dan pada saat itu namaku disebut, aku bertanya-tanya kenapa aku kok dipanggil? Apa aku melakukan kesalahan? Dan akhirnya aku ke ghurfah ustadzah dan ternyata disuruh tes lisan. Takut, pastinya dong karena aku juga gak ada persiapan buat belajar tiba-tiba langsung disuruh tes lisan dan akhirnya aku jawab sebisaku aja. Dan yang gak disangka-sangka waktu ada pengumuman pembagian kelas madrasah diniyah namaku ada di kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Diniyah yang mana kalau tidak loncat itu sekitar 3 tahun  naik ke kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Diniyah. Tapi pada saat itu aku gak ada rasa senang sama sekali karena aku juga gak tahu apa-apa yang mana posisi aku masih menjadi santri baru yang sangat polos sekali. Alhasil dikelas tersebut mbak-mbaknya sudah kelas 10 SMA dan sedihnya aku kelas 7 sendiri. Bingung dong pastinya gak ada teman yang seangkatan, mau ajak kenalan mbak-mbak  canggung juga karena selisihnya jauh banget, tapi seiring berjalannya waktu aku bisa beradaptasi di kelas tersebut.

     Satu tahun kemudian, saya duduk dibangku kelas 8, pada saat setelah kegiatan Manaqib dipondok tiba-tiba ada pemanggilan santri ke kantor pondok dan disebut lagilah namaku. Takut, iya . karena biasanya nama-nama santri yang dipanggil ke kantor itu biasanya yang melanggar peraturan pondok, aku juga bertanya-tanya kepada diriku, seingatku aku gak pernah melanggar peraturan. Akhirnya berangkatlah aku ke kantor pondok dan disana sudah banyak anggota OSIP (Organisasi Santri Intra Pesantren) beserta pembinanya dan juga mbak-mbak yang namanya dipanggil. Didalam kantor diintrogasilah aku dan mbak-mbak yang namanya dipanggil juga, ditanyai habisn melakukan kesalahan apa. Aku bertanya-tanya dong seingatku aku gak pernah melanggar aturan apapun yang ada dipondok. Dan karena gak ada yang mengakui kesalahannya dimarah-marahi  sama Pembina OSIP dan mbak-mbak banyak yang nangis karena marah-marahnya sangat menakutkan sekali. Dan setelah itu ternyata itu semua hanya prank belaka. Ternyata ada tujuannya dibalik itu semua. Yang mana nama-nama yang dipanggil tersebut akan diangkat menjadi anggota OSIP yang mana OSIP merupakan organisasi yang ada dipondok yang bertugas mengatur semua kegiatan-kegiatan yang ada dipondok. Sedih bercampur senang keika aku diangkat menjadi anggota OSIP, sedihnya karena pastinya akan banyak tanggung jawab yang begitu besar yang harus aku emban dan senangnya aku diangkat menjadi aggotanya karena gak semua orang bisa menjadi anggota OSIP.

     Dari OSIP banyak sekali pengalaman-pengalaman yang bisa aku ambil, pengetahuan yang banyak yang tidak didapat disekolah, seperti bertanggung jawab, kebersamaan, kepanitiaan dsb.

     Itu tadi sedikit cerita dariku ketika aku menjadi santri baru, intinya mondok itu asyik, seru karena banyak sekali pengalaman dan pengetahuan yang bisa didapat yang tidak didapatkan di luar pesantren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline