Hai angin, kemana kekasihku rembulan mengapa tak ku lihat wajahnya
Tak tahukah dia betapa aku merindu sampai tubuhku kering
Angin berbisik ribut kala dia dengar suara pungguk yang memanggilnya
Wahai pungguk, siapa engkau?
Berani sekali engkau merindukannya dan berangan-angan tentangnya
Engkau terlalu jauh di dasar bumi sedangkan rembulan terlalu tinggi di atasmu
Tapi bukan salahku wahai angin
Tuhanku menciptakan rasa rindu ini kepadaku
Dan aku begitu begitu tersandera dengan rindu ini yang serupa api membakar diriku setiap hari
Wahai pungguk