Lihat ke Halaman Asli

farah fairuzzain

pekerja ulung

Apa Kabar Ekonomi Masa Pandemi?

Diperbarui: 10 Juni 2021   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

               Membuka mata, pikiran dan pendengaran menambah wawasan dan jendala ilmu pengetahuan tentang apa-apa yang ada disekeliling kita. Seraya mengambil hikmah atas apa yang telah berlalu, berbagai lintas peristiwa dan waktu yang terus berulang. Mengambil solusi dan inovasi oleh keterbatasan yang dialami menjadi sinergi kokoh yang mampu membentengi polemik kredibilitas yang beredar ditengah masyarakat.

            Pandemi covid-19 yang merebak di dunia seakan menjadi badai mendung yang tak kunjung sirna dari permukaan bumi. Tak hanya dirasakan di langit lokal Indonesia namun juga keberadaannya dirasakan hampir diseluruh Negara didunia. Berbondong-bondong persyarikatan bangsa-bangsa melakukan aksi  pencegahan dengan menerapkan kebijakan baru. World Health Organization atau biasa kita kenal WHO juga segera meriliskan informasi mengenai bahaya covid-19. Tak perlu banyak waktu lantas mengambil tindakan pencegahan dan penyuluhan kepada seluruh warga dunia agar mewaspadai jenis virus satu ini.

             Pertanggal 8 Juni 2021 Indonesia telah terjadi kasus terdampak covid-19 sebanyak 1,87 juta jiwa, dengan korban meninggal sebanyak 51,992 sedangkan 1,72 juta orang dinyatakan sembuh. Angka ini cukup fantastis jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga di asia tenggara. Intensitas angka covid-19 di Indonesia terbilang cukup tinggi. Perharinya Indonesia menyumbang ribuan penambahan kasus.

           Keberadaan virus corona, membuat sebagian banyak aspek berkurang keproduktifannya. Sistem kesehatan menjadi kacau, kegiatan pendidikan menjadi terhambat, perekonomian menjadi berantakan, juga ketata negaraan menjadi terganggu. Pemerintah tentu tak bisa menyikapi mandiri menentang wabah ini, kepedulian masyarakat dan seluruh aparatur dibutuhkan untuk bersama-sama memerangi wabah covid-19.

            Banyak pusat perbelanjaan, objek wisata, bahkan perusahaan terpaksa ditutup karena pemberlakuan sistem kebijakan yang dipeketat, akibatnya para pekerja mau tak mau harus diberhentikan  dan dipulangkan karena perusahaan tempat mereka bekerja tak memiliki pemasukan cukup untuk menggaji seluruh pegawai. Airmata keprihatinan genap diderita penduduk yang makin susah dengan kehilangan pekerjaan dan mata pencarian. Belum cukup pandemi mengancam jiwa namun pandemi ini juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat. Tahun 2020 menjadi sejarah wabah covid-19 dimana banyak orang merenggang nyawa dan tertatih berjuang demi bertahan dimedan pertempuran.

            Diawal masa pandemi banyak Negara yang mengalami kalap ekonomi hingga resesi. Sederet Negara maju tak ketinggalan juga masuk dalam jurang resesi. Beberapa diantaranya ada Hongkong, Jepang, Amerika, Thailand, Jerman, Korea Selatan, kanada, tak ketinggalan Indonesia juga sudah memasuki lubang resesi. Income yang anjlok drastis – banyaknya perusahaan yang berujung gulung tikar berhasil menghasilkan angka pengangguran nian meningkat. Situasi yang seolah mendadak kacau membuat tatanan perekonomian kelagapan berujung resesi tak terhindarkan.

           Akibat hambatan pandemi banyak aspek telah tertunda dan terganggu. Di tahun 2020 awal masa pandemi, dalam kesempitan lahirlah resolusi guna kembali mengefektifkan kembali kebutuhan manusia. Seperti halnya kegiatan belajar-mengajar yang sekarang diberlakukan secara daring atau pembelajaran jarak jauh melalui video conference. Kegiatan perekonomian juga banyak mengalami perubahan. Menghindari kontak langsung dengan orang lain, masyarakat melilih berbelanja secara online membuat Ecommers lebih populer akhir-akhir ini.

            Merayakan tahun baru tidak seramai dan meriah pada tahun-tahun sebelumnya, setiap orang berlomba mendo’akan pulihnya dunia dari atmosfer pandemi terlebih lagi memulihkan perekonomian bangsa-bangsa. Jadilah tahun 2021 dipatok sebagai tahun recovery economi. Membangkitkan motto baru “menjadikan pandemi sebagai tantangan seru daripada musibah” Membuat janji kehidupan mulai tumbuh kembali. Satu-persatu sektor ekonomi mulai membentangkan bendera merah bersiap untuk membuat revolusi. Tak ingin menjadikan pandemi sebagai alasan keterbelakangan, mengharuskan seluruh warga menghadapi New Normal dimana semua kegiatan dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan tidak melupakan proporsi hidup sehat.

            Sampai saat ini belum ada yang bisa menjamin kapan pandemi ini akan sirna bahkan para ahli pun tak dapat menjanjikan itu. Hingga pada saat yang tidak diketahui itu tiba, umat manusia diharapkan masih terus dapat mengembangkan tehnologi dan inovasi mutakhir untuk dapat menjadi alat survive seiring pandemi.

            Yang utama dan paling penting untuk diingat adalah tetap berpikir positif dan terus bersemangat dalam menjalani kehidupan adalah kunci dasar untuk bertahan dimasa sulit. Tetap bersabar dan tidak sembrono untuk melakukan hal yang buru-buru merupakan syarat keselamatan kita semua. Semoga keselamatan dan kekuatan selalu menyertai semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline