Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Mengajar Selama PPL

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah satu bulan lebih saya berada di sekolah praktikan, tempat latihan saya mengajar. Ini adalah salah satu kewajiban saya dalam memenuhi nilai matakuliah PPL atau Praktek Pengalaman Lapangan. Menurut sepengetahuan saya, juga dalam buku panduan yang telah diberikan pihak Universitas, Program ini bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama kuliah. Disamping itu saya sangat setuju sekali jika program ini dijadikan ajang mencari pengelaman sebanyak-benyaknya.

Sebelum tulisan ini berlanjut alangkah baiknya saya beberkan sedikit informasi tentang penulis. Saya bersekolah di Universitas Negeri Semarang. Saat ini sedang menempuh studi di jurusan Fisika, jadi boleh dibilang saya sedikit ahli dibidang ini. Tempat yang kebetulan menjadi korban PPL saya adalah di SMA Negeri 1 Boja, kabupaten Kendal. Untuk saat ini perjalanan mengajar saya lumayan lancar, meskipun ada banyak kekurangan disana-sini, jadi dengan terpaksa pula kadang saya melakukan tambal sulam yang tidak karuan.

Ada sedikit pengalaman yang akan saya tuliskan disini, meskipun kurang bermanfaat bagi para pembaca, saya mencoba untuk mengulasnya sebagai pengalaman pribadi. Oleh karena itu adalah tidak mungkin pengalaman ini mencoba menunjukkan saya sebagai pribadi yang sempurna, kenyataannya banyak kekurangan yang mutlak berasal dari diri saya sendiri. Beberapa hal yang mungkin membuat saya terkejut adalah kenyataan yang sangat berbeda dengan teori yang saya pelajari di kampus, namun demikian saya sebetulnya memahami bahwa ada kesenjangan yang mungkin akan dihadapi.

Keterkejutan saya yang pertama adalah dari segi administrasi. Bagi para pembaca yang pernah menjadi guru atau pemerhati pendidikan mungkin sudah tidak asing lagi dengan barang-barang berikut ini : Analisis SK-KD, Silabus, RPP , Program Tahunan dan Program Semesteran. Beberapa membuat saya frustasi, tapi kemudian dengan diadakannya kursus singkat dari Wakasek, saya dan juga teman-teman menjadi takjub betapa kebermanfaat adminitrasi pembelajaran itu begitu terasa. Jadi saya sangat setuju dengan artikel dari teman kompasianer kita yang berjudul Guru Tanpa RPP, ke laut aja (kira-kira begitu bunyinya).

Berikut ini saya akan mencoba mengulas barang-barang itu satu-persatu. Modal saya yang pertama adalah apa yang pernah saya baca dari beberapa sumber dan hasil diskusi dengan teman-teman, jadi kalau rupanya ada kekurangan mohon segera ditindak ( hehe . . .).

RPP. Rupa-rupanya makhluk ini seperti agenda acara selama satu pertemuan yang biasanya dibuat 2 x 45 menit, yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Nah, didalam kegiatan inti ini ada yang namanya elaborasi, eksplorasi dan konfirmasi. Ini semacam urutan acara seperti salam pembuka, penyajian materi dan penyimpulan. Selain itu fomrat penilaian juga ada disini.

Silabus. Barang yang satu ini nampaknya pantas kalau disebut sebagai ibu kandung RPP, karena dari sinilah RPP itu disusun. Jadi Silabus itu semacam format analisis yang berisi SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar), kegiatan pembelajaran , materi, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus biasanya dibuat untuk satu tahun.

Analisis SK-KD. Nah, ini dia yang sering membuat saya kalang kabut. Karena pertama kali penerjunan, bukan pertanyaan mengenai RPP atau Silabus, tetapi mengenai Analisis SK-KD. Rupanya, barang ini adalah nenek moyang dari RPP, dan diturunkan langsung dari Standar Isi (saya lupa caranya). Padahal semasa kuliah, saya tidak mendapatkan materi mengenai penyusunan Analisis SK-KD. Mungkin kalau dosen di kampus berkenan mengajari yang ini, mahasiswa pendidikan sedikit lega jikalau nantinya diterjunkan di sekolahan.

Program Tahunan dan Program Semester. Kedua kakak beradik ini layaknya program kerja dalam suatu organisasi. Hanya saja yang tertuang disini adalah rincian Kompetensi Dasar yang disambung dengan jumlah pertemuan. Formatnya terdiri dari KD, alokasi waktu (jumlah pertemuan), jumlah minggu dalam satu bulan dan keterangan. Sangat berguna bagi para guru yang benar-benar ingin program mengajarnya tertata rapi dan indah, sehingga nyaman dalam pengajaran dan tidak serasa dikejar target.

Dari semuanya itu (perangkat pembelajaran), ada banyak manfaat yang dapat dipetik, terutamanya menyangkut tata administrasi yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh seorang guru. Bahwa RPP dkk memberikan keteraturan sistem dalam pembelajaran, sehingga guru tidak merasa dikejar-kejar target dalam mengajar. Dengan adanya RPP dkk, guru mempunyai strategi yang mungkin untuk melonjakkan ketertarikan siswa dalam mengajar. Selain itu pembelajaran akan semakin terasanya nyaman dan menyenangkan.

Keterkejutan saya yang kedua sekaligus yang terakhir adalah kenyataan bahwa saya seolah-olah sudah dibebani jumlah jam mengajar, padahal saya tahu kemampuan anak-anak (khususnya kelas X yang saya ajar) tidak mampu menjangkau jumlah materi yang banyak dan diberikan dalam waktu sesingkat itu. Mungkin ini hanya pandangan saya saja, saya merasa bahwa anak-anak seakan dibebani dengan materi yang banyak yang harus dikuasainya. Tentu saja dengan keadaan yang seperti ini anak-anak mendapat nilai yang kurang memuaskan (dibawah Kriteria Kelulusan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline