Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

Menikmati Dunia Sehat Pasca Pernikahan dengan Jamu Dorong Tradisional

Diperbarui: 31 Mei 2024   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi | Budhhe Jamu Dorong Langganan

Semenjak menikah, saya tinggal di daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB) bersama istri. Karena tinggal di KBB pula, rutin mengkonsumi jamu yang dibuat oleh "Buddhe" sang penjual jamu dorong. Kenapa koq jamu dorong, bukan jamu gendong? Karena Buddhe memang menjaul dengan gerobak dorong, namun pembuatannya tetap menunggunakan metode tradiosional.

Saya tidak begitu paham mengapa jamu yang dibuat oleh Buddhe cocok di lidah ini, padahal sejak kecil saya tidak begitu suka jamu, karena sudah punya stigma bahwa jamu itu pahit, rasanya aneh, dan lain sebagainya. Tapi yang saya ingat, kebiasaan minum jamu di KBB itu karena Istri berlanggan jamu Buddhe, jadilah saya ditawari dan mulai mencoba pelan-pelan.

Pernah saat awal bertemu Buddhe menawari, tapi saya tolak. Beliau bilang, "Jamu buatan Buddhe manis koq, bisa disesuaikan rasa pahit atau manisnya". Awalnya saya tidak begitu percaya, namun saat berani mencoba malah jadi ketagihan.

Awalnya, rasa jamu yang pahit dan pedas memang tidak selalu menyenangkan. Namun, seiring waktu, saya mulai merasakan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan. Karena kebiasaan itu pulalah, saya selalu mencari jamu dorong atau gendong di pasar-pasar tradisional, atau tempat lainnya yang saya singgahi.

Selain suka jamu buatan Buddhe penjual jamu dorong, belakangan saya juga menjadi suka jamu buatan Buddhe (Kakak dari Almarhum Ayah) yang beliau sebut jamu pokka, atau ramuan rempah-rempah khas Madura. Setelah minum jamu buatan kedua Buddhe itu pula biasanya, saya merasa badan lebih segar, bahkan tak jarang buat tidur lebih berkualitas. Hehe.

Pengalaman Sehat dengan Jamu Dorong

Minum jamu dorong setiap hari telah memberikan banyak dampak positif bagi kesehatan saya. Tubuh saya terasa lebih fit dan berenergi, stamina rasanya menjadi lebih baik. Jamu ini juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh saya, sehingga saya jarang terserang penyakit. 

Saya mulai mengenal berbagai jenis jamu yang ditawarkan Buddhe, seperti kunyit asam, beras kencur, dan temulawak. Masing-masing memiliki rasa dan khasiat yang unik. Kunyit asam, misalnya, terkenal untuk membantu mengatasi masalah pencernaan dan sebagai antioksidan yang kuat. Beras kencur, di sisi lain, dikenal untuk meningkatkan nafsu makan dan mengurangi rasa lelah.

Jamu temulawak adalah yang tidak begitu cocok dengan lidah saya. Rasanya bagi saya benar-benar pahit, tapi memang tidak sepahit julidan tetangga, namun setelah mengkonsumi temulawak biasanya tubuh terasa lebih ringan dan bertenaga. Kalau kata Budhhe, "temulawak itu bagus untuk jaga kesehatan hati dan imun alami mas". Jadi tidak heran siapa saja yang minum temulawak dengan rutin, merasa jarang sakit.

Dok. Pribadi | Biasanya saya mencari jamu pada pagi atau sore hari sambil berjalan-jalan bersama anak atau istri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline