Memiliki minuman favorit pada saat bulan Ramadan merupakan keistimewaan bagi saya. Tak hanya bagi saya mungkin, tapi bagi kita semua. Kenikmatan berbuka puasa, kurang lengkap rasanya pabila tak dibarengi dengan minuman dingin.
Kebiasaan yang dilakukan pada saat berbuka, selain memakan kudapan yang tersedia, minuman dingin rasanya harus selalu ada. Selain mengurangi dahaga karena seharian berpuasa, minum menjadi penunjang penting bagi kita untuk mengembalikan kondisi badan.
Berbicara minuman dingin, pada saat belajar di salah satu lembaga pendidikan agama di Jawa Timur, sebenarnya ada kenangan tersendiri pada saat bulan Ramadan, terutama tentang kenikmatan minuman dingin yang tiada dapat saya gapai, karena sebisa mungkin berhemat pada saat itu.
Berhemat pada saat itu, akhirnya mengorbankan dalam menikmati minuman dingin pada saat bulan Ramadan. Berhemat yang dilakukan saat itu tak lain, sebagai usaha untuk dapat membeli tiket kereta kelas bisnis dari Jombang menuju Bandung. Tiket kereta pada saat itu, rasanya cukup mahal apabila bulan Ramadan tiba, sehingga pengorbanan kenikmatan atas minuman dingin harus dikorbankan.
Pengorbanan tersebut rasanya masih begitu terasa, sehingga membentuk saya sebagai seorang yang tetap menikmati sajian apa adanya kala berbuka puasa. Kenangan tentang bagaimana berbuka puasa tanpa minuman dingin di lembaga tersebut, kini jadi terasa indah, karena dapat saya ceritakan lewat tulisan ini. Lalu minuman apa saja yang dahulu saya lewatkan demi sebuah tiket kereta? Berikut minuman dingin tersebut;
Pertama, Es Cincau Hijau. Ya, minuman ini pada saat bulan Ramadan memang cukup populer, namun saat saya di Jawa Timur kepopuleran minuman ini memuncak bukan hanya bulan Ramadan, tapi juga bulan biasa. Es Cincau Hijau yang dijajakan didekat lembaga pendidikan dimana saya belajar tersebut, memang memiliki rasa cincau yang alami serta dahaga rasanya bisa langsung hilang kala menikmati minuman ini.
Kedua, Es Kopi Mbah Nyantai. Selain es cincau hijau, pada saat itu saya pun tak dapat menikmati es kopi mbah nyantai, begitu biasanya saya dan teman-teman menyebut. Es kopi sebenarnya seperti es kopi pada umumnya, namun yang membuat khas es kopi ini adalah, kopi yang dihadirkan langsung di sangrai oleh sang pemilik kedai kopi.
Adapun pemilik kedai kopi tersebut adalah seorang wanita tua yang sudah ditinggal mati suami, dan kabarnya kini beliau sudah tidak dapat lagi berjualan kopi, namun usaha kedai kopinya masih diteruskan oleh sang anak, tapi saya kurang paham kini rasa kopi yang dijual oleh sang anak, apakah masih sama enaknya.
Ketiga, Jus Mangga. Ya, minuman ini salah satu minuman yang didambakan seantero lembaga, namun memang ketersediaan meminum ini terbatas, biasanya hanya ada 30 gelas hingga 40 saja. Biasanya sajian minuman ini, ludes hanya dalam waktu 25 menit, dan kebanyakan pembelinya anak-anak sekolah menengah pertama. Karena hanya mereka yang rela mengantri sedari tempat jualan belum dibuka.
Keempat, Es Buah. Naaah, sajian ini salah satu sajian yang selalu rebutan antara siswa purta dan putri, sajian minuman dijual di luar lingkungan lembaga, sehingga kami yang ingin membeli harus terlebih dahulu keluar komplek lembaga. Biasanya tempat ini jadi tempat kami bertemu teman-teman putri, baik yang satu daerah atau berbeda daerah. Namun sialnya, sajian ini kala bulan Ramadan jadi favorit yang diperebutkan, sehingga tak jarang ada gesekan antar pembeli. Apabila itu terjadi, maka pahlawan yang paling adil ialah sang penjual.
Kelima, Es Soda Gembira. Sajian minuman ini terkadang, terbawa mimpi-mimpi di bulan Ramadan saat itu. Bagi saya godaan terberat dalam menghemat uang untuk membeli tiket, ialah Es Soda Gembira ini. Entah mengapa, namun kalau boleh jujur minuman dingin ini, menjadi salah satu paling favorit dalam kehidupan saya dahulu. Tapi tidak untuk masa ini.