Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

Sepinya Pasar Dadakan Sore Ini

Diperbarui: 27 Mei 2018   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pri | Pedagang yang sudah biasa ada di pasar kaget

Selama saya menjalani bulan ramadan, rasanya dipastikan memiliki sensasi berbeda setiap tahunnya. Namun dari pelbagai perbedaan yang ada, satu hal yang cukup seragam yang selalu ada pada bulan ramadan selain unsur-unsur ritual. Unsur yang tidak bisa terlepas dari bulan ramadan setiap tahunnya ialah, hadirnya pasar dadakan dibeberapa titik keramaian.

Entah siapa yang memulai, namun dalam pemantauan saya selama menjalani bulan ramadan, pasar dadakan pada bulan ramadan selalu hadir. Mulai dari pedagang kudapan berbuka puasa kelas mikro, hingga pedagang kelas industri. Mulai dari yang hanya berjualan dengan satu meja, hingga yang berjualan dengan jumlah meja yang banyak. Biasanya semua tumplek blek di sebuah kawasan, untuk menjajakan produk yang telah dibuat.

Biasanya kawasan yang menjadi tempat berjualan, bisa dipelataran sebuah alun-alun kota, depan perkantoran, pintu keluar pabrik, pelataran masjid-masjid besar atau kecil. Tak jarang pula para penjaja kudapan tersebut membuka dagangan di depan swalayan atau pasar konvensional. Tak jarang pula hadir di sebuah gang ternama di daerah, dipinggir jalan atau titik keramaian masyarakat lainnya.

Adapun pasar dadakan di tempat saya tinggal, kini bertambah disalah satu titik yaitu di pelataran masjid yang berada di samping jalan raya. Saya kurang paham kenapa kawasan tersebut menjadi pasar dadakan, entah siapa yang memulai, namun pasar dadakan tersebut miliki ciri khas tersendiri, dimana para penjual kudapan berbuka berbaur dengan penjualan yang sudah memiliki tempat tetap dalam berjualan.

Setiap harinya tempat ini makin ramai pembeli, dan makin ramai penjual. Bahkan kalau saya perhatikan, hanya ada beberapa saja penjual yang secara kontinyu berjualan. Selebihnya terus bergantian, hal tersebut sebenarnya bagi saya tak masalah. Namun bermasalah kala saya sudah cocok dengan sebuah kudapan berbuka, namun pada keesokan harinya sang penjual tidak nampak berjualan.

Naaaah, yang asyik bagi saya, pasar dadakan ini memberikan penawaran makanan berat, yang sebenarnya pada selain bulan ramadan masuk pun sudah ada. Biasanya apabila saya datang terlalu sore dan penjual kudapan sudah tiada lagi jualannya, dengan ringan saya memiliki alternatif makanan berat macam nasi uduk, pecel lele, mie ayam, nasi goreng, hingga sajian warung tegal.

Dok.Pri | Salah satu pedagang di pasar dadakan

Setelah masuk malam ke-12 puasa, tak jarang titik pasar dadakan memberikan kontribusi macet yang cukup menjengkelkan bagi para pengguna jalan. Namun menariknya, para pemuda sekitar memiliki kesadaran cukup baik yang pada akhirnya menjadi relawan dalam mengatur lalu lintas sekitar pasar dadakan, tak jarang mereka menegur pengendara motor yang berhenti seenak sehingga menghalangi laju kendaraan lain.

Oh ya, di pasar dadakan ini pun hadir dua sajian minuman yang cukup ramai di beli, yaitu es kelapa muda dan susu jahe. Pada hari biasa seingat saya penjual minuman tersebut menjual bubur kacang hijau, entah mengapa pada saat ramadan ini sang pedagang banting setir dengan menjual sajian minuman yang berbeda dari biasanya, tapi boleh dikatakan minuman yang dijajakan menyegarkan dan enak!.

Dok.Pri | Suasana sepi di pasar dadakan

Namun sayang dan bikin nyesek pada hari ini, karena seharian daerah kami di guyur hujan, dan tak terlihat tanda berhenti kala magrib tiba, sehingga keramaian yang biasanya tercipta hilang begitu saja. Hanya ada beberapa penjaja makanan berat yang biasa menggunakan tenda, adapun para penjual kudapan berbuka tak terlihat kehadiran. Hujan kali ini, memberikan rasa sepi di pasar dadakan yang biasa ramai tersebut. Dan akhirnya, saya pun berbuka puasa di warung tegal langganan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline