Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

Wajah Indonesia dalam Bingkai Millennials, Antara Konflik dan Perdamaian

Diperbarui: 14 September 2016   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pri | Acara Pemuda Lintas Iman Pada Tahun 2013 di Lembang, yang menghadirkan berbagai pemuda lintas iman untuk berdialog dan tinggal bersama selama beberapa hari. Acara seperti ini membuka pemikiran para pesertanya dalam memandang agama yang tidak dianutnya secara objektif.

Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki keberagaman etnis, adat, budaya, bahasa dan agama. Salah satu bukti kekayaan negara ini yaitu bahasa daerah, setidaknya ada lebih dari 500 bahasa daerah dan dialek dari 300 etnik. Namun tidak hanya, Indonesia juga dikenal dengan negara kepulauan, dimana ada sekita 17.800 pulau besar dan kecil, dan 6000 diantaranya berpenghuni.

Keberagaman Indonesia tidak hanya cukup sampai disitu, apabila melihat populasi penduduk. Indonesia menempati peringkat 4 negera terpadat dunia, dimana 250 juta orang hidup di NKRI. Dari jumlah tersebut, apabila di petakan kepada agama yang peluk oleh masyarakat-nya, maka hadir Protestan 6,04%, Katolik 3,58%, Hindu 1,83%, Buddha 1,03%, 0,31% Agama lokal dan 87,21% adalah Muslim.

Secara kuantitatif negara ini memiliki jumlah penduduk Islam besar dunia, dengan 87,21% warganya memeluk agama Islam. Namun tidak ada satu pendiri negara ini mengatakan bahwa negara ini, negara Islam. Karena para pendiri negara sadar, bahwa negara ini tidak dilahirkan oleh satu golongan, kelompok, dan agama. Indonesia lahir dari keberagaman, keberagaman tersebut mutlak adanya di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rasanya kita yang ada dilahir di negara ini patut bersyukur, karena para pendiri bangsa begitu moderat dengan mewariskan berbagai agama untuk masyarakat-nya. Dimana di bawah langit Indonesia, dan satu pijakan Nusantara, kita dituntut untuk belajar mengenal satu dengan yang lain, agar mampu hidup berdampingan secara damai dan tentram.

Dok. Pri | Kunjungan kesalah satu Vihara di Lembang, untuk mengenal agama Buddha secara lebih dekat, mulai dari ajaran dasar, ibadah, dan sebagainya.

Keberagaman tersebut seharusnya dipandang sebagai sebuah keberkahan yang diberikan oleh Tuhan, karena dengan keberagaman tersebut, akan hadir interaksi untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Interaksi yang terjadi tersebut hadir pertukaran pengetahuan satu sama lain, dimana nantinya pengetahuan tersebut akan menghadirkan pemahaman dinamis di masa mendatang.

Berbicara tentang pertukaran pengetahuan dan informasi, barang tentu zaman ini lebih unggul dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Pada era digital seperti sekarang ini, setiap individu dapat mendapatkan pengetahuan dan informasi begitu mudah, hal tersebut didukung peran internet dalam kehidupan sehari-hari.

Teknologi selain menjadi alat komunikasi jarak jauh antar manusia, kini bertransformasi menjadi gudang data yang bisa diakses kapan saja dan oleh siapa saja tanpa terkecuali. Tak bisa di bantah bahwa teknologi berperan pada beberapa sisi kehidupan manusia, sisi positif barang tentu banyak dirasakan. Patut juga disadari bahwa hadir dampak negatif dari teknologi internet, hadir di tengah-tengah kita dalam kehidupan dalam lingkup keluarga, masyarakat hingga negara.

Dari berbagai permasalahan yang ada juga patut menjadi perhatian kita semua yaitu, permasalahan , bagi saya wacana ini teramat penting, bahkan wacana ini juga menjadi fokus utama berbagai lembaga pemerintah dan non-pemerintah, seperti, SETARA Institute, Fahmina Institute, PUSAD Paramadina, ICRP Jakarta, Wahid Foundation dan lain sebagainya.

Dok. Pri | Kunjungan Pemuda Lintas Iman Ke Salah Satu Katedral.

Lalu mengapa permasalahan kerukunan beragama menjadi penting? Secara khusus saya harus katakan bahwa, permasalahan ini menjadi penting karena bangsa ini seperti telah kehilangan jati diri-nya, bangsa ini tidak lagi menjadi bangsa yang sadar akan kemajemukan yang ada. Hadir berbagai tindakan diskriminasi, intoleransi hingga kekerasan.

Para pelaku pun hadir dari berbagai kalangan, baik dari tataran masyarakat hingga aparatur negara. Adapun yang menjadi sasaran dari tindakan tersebut adalah, kelompok-kelompok minoritas agama. Hal tersebut pada akhirnya, menyulut konflik antara umat beragama dan intraumat beragama mudah terjadi di berbagai daerah Indonesia.

Konflik yang ada Indonesia sangat beragam, seperti pada tahun 2011 bertempat di Desa Nangkrenang Karang Gayam Omben, Sampang, Madura, telah terjadi pengusiran jamaah Syiah dari tanah kelahiran tampa kompensasi sepeserpun. Pengusiran tersebut hadir karena, hadir stempel sesat pada penganut Syiah Sampang, yang mengharuskan penganutnya mengungsi ke beberapa daerah seperti, Malang dan Surabaya untuk menyelamatkan diri. Kasus ini belum ada penyelesaian, sehingga nasib para pengungsi masih terkatung-katung di tempat pengungsian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline