Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

Ramai Berdamai Untuk Kehidupan Lebih Baik (Part 2)

Diperbarui: 10 Oktober 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. Pri | Tema yang di usung ketika acara ICRP Camp Lintas Agama dan Aliran"][/caption]

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.15, para peserta hanya bisa diam dalam bus, begitu pun dengan saya, karena dalam acara tersebut tak satupun yang saya kenal kecuali tante Chen, selebihnya adalah orang-orang yang baru dalam pelupuk mata saat itu.

Walau pada kenyataannya, ketika sebelum masuk bus, saya sempat berkenalan dengan beberapa perwakilan dari pemuda Ahmadiyah, Muhammadiyah dan Kristen Ortodok. Akan tetapi, perkenalan tersebut masih perkenalan tahap awal untuk menghindari kesepian dan kaku di antara para peserta.

Wajah para panitia sedikit menunjukkan kekhawatiran, saya berasumsi bahwa ada yang tidak beres saat itu. Setelah beberapa kali terlihat berdiskusi, panitia pun langsung memberitahukan keberangkatan menuju Lembang, Bandung. Dan ternyata kekhawatiran para panitia sirna, ketika keluar gerbang parkiran Monas ada seorang lelaki melambai-lambaikan tangan sambil berlari, dan salah seorang panitia berteriak dan menujuk kepada salah satu arah,

“Ehh... ehh.. Berhenti dulu, itu Mukhlisin datang, tunggu, tunggu, itu dia datang”

Para peserta menoleh kepada arah yang ditunjukkan tersebut, terlihat keheranan karena tidak mengerti, sekaligus kaget.

Ternyata kekhawatiran panitia ketika itu, karena salah seorang penggawanya datang terlambat, dan harus mengambil keputusan untuk meninggalkannya, akan tetapi Tuhan berkata lain, karena panitia tersebut masih diberikan kesempatan mengikuti acara tersebut. Ia pun masuk ke dalam bus dengan selamat, walau terlihat lusuh dan kelelahan karena berlari.

Setelah Mukhlisin masuk kedalam bus, keberangkatan menuju Lembang pun dilanjutkan. Ketika bus melaju dengan begitu cantik hingga memasuki tol, di sana mata saya telah terasa berat, hingga akhirnya terlelap dalam tidur.

Perjalan tidak terasa karena saya nyenyak tertidur, saya baru bangun ketika bus berhenti di salah satu rest area di jalur tol arah menuju Cikampek, kalau tidak salah ingat, disana beberapa peserta dan panitia langsung berhampuran untuk memenuhi beberapa kebutuhan atau “panggilan alam” yang tertahan ketika berada dalam perjalanan. Di rest area tersebut kami habiskan sekitar 30 menit, baru selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju Bandung.

Tepat pukul 11 siang, bus yang mengantar para peserta dan beberapa panitia sudah sampai di depan gerbang Tol Pasteur. Tante Chen pun memberikan sebuah pengumuman yang mengejutkan, karena pengumuman tersebut menyebutkan saya yang berasal dari kota tersebut dan beberapa informasi lainnya. Terdiam sejenak dan saya lempar senyum kepada tante Chen yang asyik didepan micnya, sambil sesekali membalas senyum kepada beberapa peserta yang menoleh ke arah saya.

Setelah keluar gerbang tol Pasteur, bus mengarah menuju arah Lembang. Sebuah pesan pendek hadir ketika, dan ketika saya lihat itu datang dari Bunda, yang menanyakan dimana posisi saya saat itu bersama rombongan. Saya membalas pesan tersebut secara detail, karena Bandung adalah kota yang kurang lebih saya kenal beberapa sisinya. Bunda pun membalas dengan kabar bahwa akan datang ke Vihara bersama Ayah, dimana acara berlangsung, tentunya untuk bertemu saya dan tante Chen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline