Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

40 Days In Europe: Cerita Gotong Royong Di Balik Selembar Kain Ulos

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1421909867214768688

[caption id="attachment_365656" align="aligncenter" width="700" caption="Dok Pri | Kang Maul dan Perwakilan Penerbit Bentang memamerkan Kain Ulos hasil tangan anak-anak SMK Kesehatan Sahata, Pemantang Siantar, Sumatra Utara"][/caption]

Sabtu, tanggal 17 Januari 2015 bertempat di Taman Film Bandung, telah di helat acara Open Casting untuk novel yang akan diangkat ke layar lebar, yaitu, 40 Days in Europe. Animo masyarakat Bandung pun sangat besar, tidak kurang dari 250 peserta mengikuti Open Casting dalam gelombang pertama. Dan bisa dikatakan bahwa acara ini mempunyai ciri khas yang mencolok dan berani beda, yaitu penggunaan ruang publik pertama kali untuk acara semacam ini.

Dibalik semua kemeriahan yang ada dalam acara ini, terselip cerita yang membuat saya terharu. Pendanaan adalah hal yang sangat penting dalam pembuatan sebuah film, tentunya tidak sedikit dana yang harus di gelontorkan untuk pembuatan sebuah film yang mempunyai target durasi 90-120 menit. Percaya atau tidak namun dalam proses pembuatan film 40 Days in Europe ini, adalah hasil “udunan” (dalam bahasa sunda) atau lebih dikenal dengan patungan.

Saya jujur kurang paham dengan apa yang pikirkan oleh para Produser film juga oleh penulis yaitu, Maulana M. Syuhada atau yang lebih akrab disapa Kang Maul. Tentunya dengan pendanaan yang memakai cara udunan.

Dan hal ini pun direspon oleh banyak orang, tidak hanya orang Indonesia saja yang bisa berpartisipasi, tapi juga negara-negara lain. Terbukti dengan banyaknya sumbangan yang masuk dan bisa kita pantau langsung di website 40 Days in Europe.

Partisipasi nyata pun di lakukan oleh anak-anak SMK Kesehatan Sahata Pemantang Siantar, Sumatera Utara, yang mendukung film ini.  Saya terheran-heran karena saya yakin anak-anak itu tentu dan pasti belum pernah bertemu dengan Kang Maul, anak-anak itu pun sangat di kenang oleh Tim 40 Days in Europe.

Pada suatu malam yang sudah larut Kang Maul mendapatkan pesen pendek beberapa kali untuk meminta nomor rekening, yang meminta itu tidak lain adalah anak-anak dari SMK Kesehatan Sahata, mereka sangat ngotot untuk mendapatkan nomor rekening itu, malam itu juga. Dan belakang baru di ketahui bahwa jarak Bank dan tempat tinggal anak-anak SMK Kesehatan Sahata Pemantang Siantar relatif jauh, dan mereka harus berangkat sangat pagi untuk mentransfer uang udunan, sebagai bentuk dukungan untuk film 40 Days in Europe.

Dan bentuk nyata dari dukungan anak-anak SMK Kesehatan Sahata, mereka mengirimkan Kain Ulos khas Sumatra Utara.

Kemudian saya sadari, bahwa benar kata orang-orang terdahulu, bahwa bangsa kita adalah bangsa yang ramah dan juga bangsa yang gemar gotong royong. Hal ini terbukti dengan cerita Kang Maul dan anak-anak dari SMK Kesehatan Sahata, Sumatra Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline