Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Ibrahim

Aktivis Pendidikan

Pangeran Tatar Pasundan Di Belantika Musik Bertaruh Lirik

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14244302212015363896

[caption id="attachment_369859" align="aligncenter" width="614" caption="Dok.Pri | Kompasiana Ngulik"][/caption]

Musik adalah media penyampaian yang universal, singkat kata musik adalah bahasa yang universal bagi seluruh makhluk. Musik menjadi teman akrab bagi manusia, seperti dalam bus, angkot, perpustakaan, kamar tidur bahkan kamar mandi. Musik mampu memberikan efek positif baik kepada fisik maupun mental, oleh karena itu layaklah musik menjadi teman dimana pun dan kapan pun.

Dalam hal itu musik menjadi salah satu bahasa yang bisa melewati batas ruang dan waktu. Bahas, geografis dan istilah. Bagaimana pun alat musik dibawakan, dengan bahasa apapun lirik disampaikan, musik dan lirik menjadi kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dalam sebuah karya musik yang epic dan kemudian dengarkan oleh khalayak umum.

Berbagai penelitian telah dilakukan tentang manfaat mendengarkan musik. Bahkan hasilnya sangat mencengangkan karena lebih banyak berefek positif bagi tubuh seperti yang di lansir Daily Health Post (21/04), diantaranya menurunkan stress, meredakan nyeri, membuat awet muda hingga memperkuat ingatan. Bayangkan hanya dengan mendengarkan musik kita telah bisa mendapatkan banyak manfaat.

Oleh karena itu jangan remehkan kekuatan musik, karena dengan mendengarkan musik kita akan mendapatkan banyak manfaat baik fisik maupun mental.

Kekuatan Lirik

Dalam kegiatan bermusik, lirik adalah salah satu instrumen yang mempengaruhi para pendengarnya.  Pengaruh lirik bisa berdampak kepada perasaan para pendengar, seperti sedih, senang, galau bahkan semangat. Lirik adalah kekuatan dalam setiap lagu, musik akan mampu menjadi hal yang mempunyai jiwa ketika mampu menyibak perasaan sang pendengar yang di mediasi dengan lirik.

Lirik menjadi alat yang mampu mengubah emosi para pendengarnya. Dengan lirik, song writter mempunyai kendali penuh atas emosional pendengar. Mau dibawa kemana pun emosi para pendengar, song writter yang berperan dalam hal ini. Mau dibawa sedih, senang, susah, semangat, riang bahkan galau.

[caption id="attachment_369861" align="aligncenter" width="614" caption="Dok.Pri | Admin menyerahkan acara kepada Nadia Fatira untuk menjadi moderator"]

1424430453670897284

[/caption]

Bahkan lirik menjadi sebuah acuan dalam sebuah lagu. Lagu yang menjadi populer hingga saat ini, bisa jadi karena mempunyai kekuatan lirik yang dekat secara emosional dengan para pendengarnya. Atau bisa jadi lirik yang ada adalah manifestasi suara masyarakat yang ada pada suatu tempat. Bisa kita lihat bagaimana “abadi”-nya lagu-lagu Iwan Fals hingga saat ini, karena kekuatan lirik yang memang memiliki kedekatan dengan kondisi sosial masyarakat yang ada di Indonesia.

Lirik yang mengabadi tentu tidak semerta-merta hadir dengan Gleg, begitu saja. Para song writter secara langsung maupun tidak langsung, dituntut untuk mempunyai intuisi yang lebih peka dalam memandang sebuah gejala dalam dirinya, lingkungan dan masyarakat dalam secara luas. Dengan hal itu, song writter akan mampu untuk mengangkat isu-isu yang biasa menjadi hal yang luar biasa, bahkan isu luar biasa menjadi istimewa. Kalau dalam dunia musik Indonesia isu yang masih menjadi raja adalah masalah romantika percintaan, lingkungan dan politik. Para song writter mengemas gejala-gejala itu dengan gaya yang sangat khas dan gaya penyampaian yang mampu diterima oleh para pendengarnya.

Gaya bahasa song writter pun menjadi salah satu yang sangat mempengaruhi dalam pembawaan dan keterhanyutan sebuah lagu. Oleh karena itu pendalam kata puitis dan pemilihan kata perkata menjadi sebuah keistimewaan yang dapat diekspoitasi oleh para song writter. Baik dari hasil perenungan atau apapun itu namun para song writter telah memberikan kontribusi yang pada akhirnya tercipta sebuah karya yang di nikmati oleh masyarakat luas.

Alfa Records, Rega dan Lirik

Jum’at, 13 Februari 2014, bertempat di Gedung Kompas lantai 6, kawasan Pal Merah, Jakarta Selatan. Saya bersama para Kompasianer berkesempatan untuk mengikuti acara Kompasiana Ngulik proses pembuatan lirik bersama Rega. Acara sore itu berlangsung dengan hangat dan santai yang di moderatori oleh Nadia Fatira.

Sebelum di mulainya acara Kompasiana Ngulik, admin Kompasiana memutarkan video terlebih dahulu dari single Rega berjudul “Takkan Lagi”. Video tersebut tak ayal menjadi pembuka acara tersebut kemudian memberikan gambaran atas suara, lirik dan karakteristik Rega sang narasumber acara Kompasiana Ngulik.

Siapa itu Rega? Tentu para masyarakat akan asing mendengar nama ini. Rega adalah seorang song writter dan penyanyi solo pendatang baru di belantika musik Indonesia. Dengan menggandeng Alfa Records sebagai label resmi, Rega telah mampu menghasilkan satu single berjudul “Takkan Lagi”. Karena memiliki warna suara yang istimewa, dengan itulah Rega mampu mencuri perhatian Alfa Records saat ada salah satu event di Bali.

[caption id="attachment_369862" align="aligncenter" width="614" caption="Dok.Pri | Nadia Fatira menjadi moderator pada acara Kompasiana Ngulik dan Rega sedang menyampaikan materi"]

1424430872662118759

[/caption]

Mas Ai adalah perwakilan Alfa Records yang menemukan Rega saat masih bergabung dengan band-nya di salah satu event Meet The Labels. Karena memiliki warna dan potensi berbeda dengan para personil lainnya, Mas Ai memberikan penawaran kepada Rega untuk bersolo karir. Awalnya memang hal itu sangat sulit untuk dilakukan, akan tetapi dengan berbagai pertimbangan yang ada, pada akhirnya, Rega memisahkan diri dari band-nya tersebut dan mengepakkan sayapnya seorang diri menjadi seorang solois di belantika musik Indonesia.

Tawaran bersama Alfa Records tidak di sia-siakan oleh Rega begitu saja, tetapi dengan berbagai kemampuan yang Rega miliki Alfa Records pada akhirnya tetap memberikan tempat terbaik kepada Rega. Rega juga memberikan timbal-balik yang setimpal yaitu dengan produktifitasnya dalam lirik dan lagu.

Oleh karena produktifnya Rega dalam membuat lirik, hal itu tidak disia-siakan dan hanya digunakan oleh sendiri dan lingkungannya, akan tetapi Rega dan Alfa Records ingin berbagi tips kepada para Kompasianer dalam pembuatan lirik lagu itu sendiri.

Acara yang dipandu oleh Nadia Fatira lebih terasa mengalir karena memang mereka berdua berkecimpung pada dunia yang sama, yaitu, musik. Dan dengan sangat baik Nadira mampu mengorek sejak kapan Rega membuat lirik. Rega telah memiliki ketertarikan kepada dunia musik sejak ia duduk di bangku SMA. Rega dengan rasa yang sangat sensitif mampu membuat lirik kala berbunga-bunga karena cinta, putus cinta dan bahkan ketika sedang kepepet.

Bahkan Rega masih ingat dengan lirik dan lagu yang pertama ia buat, dan membawakannya beberapa bait didepan Kompasianer. Rega mengaku dalam pembuatan lirik ia sangat selektif dalam memilih kata-kata dalam setiap baitnya. Rega ingin memberikan karya terbaiknya kepada masyarakat oleh karena itu Rega berusaha dengan keras dalam setiap karyanya.

Motivasi besar yang Rega rasakan saat membuat lirik ketika ia mengatakan cinta dengan sebuah lagu kepada seorang wanita yang ia sukai, ia mengatakan “rasanya kalau mau nembak cewe buat lagu itu lancar banget”. Dan dalam setiap membuat lirik Rega hanya berbakal kertas, pulpen dan sebuah gitar.

[caption id="attachment_369863" align="aligncenter" width="614" caption="Dok.Pri | Penampilan Rega bersama additional band yang mempersembahkan dua lagu khusu untuk Kompasianer"]

14244312991754285147

[/caption]

Selain mendapatkan inspirasi dari kekagumannya kepada wanita, Rega juga mengaku bahwa masa galau dan putus cinta adalah masa dimana ia mampu produktif dalam membuat lirik. Rega juga tidak mampu untuk membuat lirik setelah mendengarkan sebuah lagu, dalam memdengarkan lagu, Rega tidak membatasi dengan genre-genre yang ada. Rega sangat open dengan segela jenis lagu yang ada.

Rega meyatakan dengan membuat lirik secara tidak langsung ia berbagi dengan yang lain. Karena dengan lirik semua yang ia ingin sampaikan ada disitu. Dengan penyampaian lewat lirik itu Rega berharap besar penerimaan dan dukungan masyarakat dalam setiap karyanya.

Mas Ai sebagai perwakilan Alfa Records mengatakan bahwa hal yang menjadi nilai tambah terhadap Rega adalah kemampuan ia dalam memainkan perbagai alat musik dan kemandirian dalam membuat lirik yang khas. Kemudian warna suara Rega memiliki kharisma tersendiri kepada para pendengarnya. Keyakinan dalam intonasi suara Mas Ai lontarkan ibarat mata air yang hadir belantika musik Indonesia dengan segala celahnya. Mas Ai juga menegaskan bahwa Alfa Records tidak sembangaran dalam memilih seorang penyanyi, banyak proses dan penilaian yang telah dilalui oleh Rega hingga pada akhirnya bisa mendapatkan tempat di Alfa Records hingga saat ini.

Lirik dan musik ibaratkan kopi dan susu. Yang diantara keduanya saling melengkapi satu sama lain. Dengan lirik yang khas dan musik yang mempunyai warna berbeda Rega akan mampu mewarnai belantika musik Indonesia.

Walau masih menyandang predikat mahasiswa tingkat akhir di ITENAS, Ghiea Poetra (Nama asli Rega) tetap mampu mengekpresikan minat dan potensinya dalam bermusik. Tanpa mengganggu kegiatan kuliah dan ditunjukkan dengan akan rampung kuliah Rega tahun ini yang dibarengi dengan nilai IPK 3.4. Bahkan untuk Rega kegiatan bermusik dan menulis lirik, justru menjadi salah satu obat dari rasa penat yang ada dalam setiap kegiatan yang ia lakukan.

Dunia Musik Indonesia

Perkembangan musik Indonesia bisa dikatakan cukup stabil beberapa tahun belakangan ini. Bahkan merujuk kepada perkataan Mas Ai dari Alfa Records, bahwa dunia musik Indonesia telah merajai kawasan Asia Tenggara. Dengan pernyataan tersebut bisa kita simpulkan bahwa ada sebuah pengakuan dunia atas musik yang lahir dari rahim bangsa Indonesia.

Dengan segala respon diluar sana tentang musik Indonesia, tentu kita patut bangga akan pencapaian tersebut. Karena tidak mudah untuk mencapai titik itu, karena pada tahun 90-an musik Malaysia sebelah lebih di dengar disudut-sudut radio dari pada di musik karya bangsa sendiri. Akan tetapi pada era digital yang cepat ini. Bangsa Indonesia mampu untuk menyalip itu semua dengan pembuktian yang nyata. Dengan segala kreatifitas yang dihadirkan anak-anak bangsa, patutnya kita menghargai karya-karya tersebut.

Dengan karya tersebut, nama bangsa menjadi harum kemudian lebih dipandang juga diperhitungkan. Tidak hanya itu, dunia internasional kini mulai melirik baik itu grup band atau pun solois yang ada di Indonesia karena kwalitas juga kwantitas.

[caption id="attachment_369865" align="aligncenter" width="614" caption="Dok.Pri | Mas Ai yang sedang memberikan pemaparan tentang Alfa Records dan mengapa memilih Rega"]

1424431737374052186

[/caption]

Tahun 90-an saya masih sempat membeli dan mengoleksi kaset-kaset para penyanyi era dimana saya pertama mengenal musik. Bahkan saya harus rela menabung lebih banyak dari uang jajan saya hanya untuk mendengarkan lagu-lagu yang saya suka. Kaset-kaset itu pun masih berada dikotak di kamar saya. Dan hal itu yang mungkin atau barang kali membuat industri musik pada jaman itu terus berkembang hingga mencapai titik seperti sekarang ini.

Ironisnya dulu jaman saya masih SMP, toko kaset di daerah Bandung hanya ada satu yang paling dekat dari rumah saya. Toko itu bernama Aquarius, berdekatan dengan salah satu swalayan yang masih ada hingga saat ini, dan setidaknya saya harus sebulan sekali ke tempat itu untuk meng-update informasi saya tentang musik. Dan setelah pulang membeli satu kaset saya harus menabung untuk bulan selanjutnya membeli kaset yang saya inginkan.

Akan tetapi itu menjadi memori yang sangat mengena, karena demi industri musik dan kesenangan saya mendengarkan musik apapun saya rela lakukan, walau jauh dan menabung demi sebuah kaset berisikan lagu.

Waktu berjalan menuju era digital, semua kemudahan diberikan kepada lini masyarakat. Yang mau tidak mau akhirnya industri musik pun harus beralih dan mengikuti era digital. Teknologi memang sangat membantu dalam proses pembuatan suatu karya musik. Selain memudahkan dalam proses rekaman dan proses mastering, juga sebagai proses promosi. Hal itu memang dimanfaat dengan sebaik-baiknya oleh mereka para pegiat musik negeri ini. Hingga dengan nyata kita dapat perhatikan bagaimana cepatnya mereka mampu menghadirkan karya-karya berkwalitas yang kemudian disuguhkan kepada para penikmatnya.

Akan tetapi entah di mulai dari kapan, industri musik menjadi industri yang lesu. Walau sebenarnya banyak karya yang dihasilkan oleh para pegiat musik di negeri ini. Entah karena kemudahan teknologi dan informasi yang membuat industri itu harus bertahan dan memutar otak untuk tetap hidup dengan sendi-sendi yang ada. Dengan berbagai cara akhirnya industri ini berevolusi menjadi lebih kreatif dalam memasarkan. Baik bekerja sama dengan berbagai “warung ayam”. Itu menjadi sah-sah saja, karena itu adalah inovasi dimana industri ini masih ingin tetap bertahan dengan tantangan yang ada.

Dengan segala kemodernan tersebut, arifnya kita sebagai penikmat karya-karya tersebut, mampu mengetahui bagaimana proses panjang pembuatan sebuah karya. Kemudian dengan arif menyikapi kemudahan teknologi. Serta menghargai karya-karya para pegiat musik negeri ini. Karena tolak ukur bangsa dan negara yang besar adalah “seberapa besar mereka menghagai karya yang berasal dari negeri sendiri”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline