Masih ingat betul, tanggal 11 April tahun lalu beberapa temen-temen canting menunggu sampai jenuh kedatanganku untuk menemui mereka di Benteng Vredeburg Jogja. Untuk pertama kalinya menyapa mereka dalam nyata yang sebelumnya kugumuli mereka lewat maya.
[caption id="attachment_25323" align="aligncenter" width="300" caption="11 April 2010"][/caption]
Juga tanggal 22 Oktober (masih tahun lalu), dimana di dalam acara merekalah aku bertemu dengan guru blog yang sangat menginspirasi. Ya, beliau itu adalah Wijaya Kusumah atau bisa dipanggil Om Jay.
[caption id="attachment_90278" align="aligncenter" width="300" caption="22 Oktober 2010"][/caption]
Dan tanggal 10 January di awal tahun ini, aku benar-benar merasa menggila dan benar-benar merasa gila saat untuk ke 3 kalinya bertemu mereka. Sosok-sosok yang sangat menyenangkan, yang sangat gila dan sangat sangat susah untuk dijabarkan lewat kata-kata.
Dua tahun hidup di Surabaya, namun justru bertemu (atau menemui) seorang teman Surabaya yang sangat-sangat gila di Jogja. Tau kan orang Surabaya yang gila itu siapa? Yang mengaku dirinya paling cantik, paling ceria, paling kayak bidadari dan paling sakti? Siapa lagi kalau bukan Rina Tri Lestari? :D Dan ini semua karena Canting.
[caption id="attachment_90281" align="aligncenter" width="300" caption="10 Januari 2011 *aku yang moto :p"]
[/caption]
Dan tanggal 12 Februari kemarin, adalah hari yang sangat-sangat menyenangkan. Dan pasti saya akan sangat menyesal jika tidak hadir di sana (colek: RinaTriLestari). Saya untuk pertama kalinya bertemu dengan Babeh Helmi dan Pak Daniel Suharta. Dua sosok orang yang sudah sejak lama ingin saya jumpai, juga bertemu dengan banyak orang yang mempunyai banyak talenta (termasuk talenta narsis, lirik: Tisna), dan karakter-karakter yang unik.
[caption id="attachment_90282" align="aligncenter" width="300" caption="13 Februari 2011 #ngGowesKotaGede"]
[/caption]
Bersama Cantinglah, kutemui sosok-sosok yang kukagumi yang biasa hanya kusapa lewat maya. Bersama Canting aku merasa benar-benar gila karena mampu tertawa lepas. Bersama Canting aku mengenal Jogja sebagai kota budaya. Bersama Canting kutahu tentang arti sahabat sebenarnya, bersama Canting kutahu arti senyum untuk orang lain. Bersama Cantinglah kusadar bergerak nyata itu lebih menyenangkan dibanding hanya bercorong lewat maya.
Dan untuk itu jika seseorang bertanya padaku, apa sih Canting itu? Maka aku akan menjawab, Canting itu adalah hujan. Yang karna kehadirannya, langit yang semula gelap akan kembali cerah sehingga senyum mentari nampak indah terlihat.
Kita semua pasti tahu kalau para anggota canting itu terdiri dari orang-orang absurd. Dan tidak hanya satu atau dua orang saja yang menyebutnya demikian. Tapi kegilaan mereka berbanding lurus dengan jiwa social yang mereka miliki.
Kita pasti tahu, bagaimana Canting membuat anak-anak di rumah bambu dan di atas bukit sana tersenyum dengan cara sederhana mereka. Juga saat mereka mempertaruhkan nyawa mereka saat menjadi relawan di Merapi dan banjir lahar dingin beberapa waktu lalu. Jika sebagian dari kita hanya bergerak lewat corong tulisan yang tersebar di dunia maya, mereka nyata-nyata bergerak untuk melakukannya. Ya, merekalah Canting.
Canting, tetaplah menjadi Canting seutuhnya seiring berjalannya usia.
Canting, tetaplah selalu senang dalam berbagi ke sesama.
Canting, tetaplah tersenyum jika menemui hal pahit di dunia.
Canting, tetaplah menjadi persinggahan yang menyenangkan jika saya datang ke Jogja
Dan Canting, tetaplah gila dalam melukis dunia.
Happy Anniversary Canting, Love You So Much
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H