Lihat ke Halaman Asli

Bencana-bencana Selama Berkompasiana

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kompasiana oh kompasiana… Ada yang bilang kalau kompasiana adalah sebuah rumah kos-kosan yang penghuninya sangatlah banyak juga beragam. Ibaratnya dari Sabang sampai Merauke ada di sini, orang tak akan merasa sendiri dan kesepian jika berada dalam kos-kosan yang tak berbayar ini. Tentunya jika mau berbagi dan dibagi. Kendati demikian, pemilik kos-kosan tentu saja memiliki beberapa peraturan yang mutlak dipatuhi oleh penghuninya. Sebagai penghuni yang baik, kita harus disiplin dan mentaati peraturan tersebut. Sah-sah saja menurutku perihal tersebut. Bukankah tanpa adanya peraturan semua justru bisa tambah kacau?

Ada juga yang berkata jika kompasiana adalah rumah sehat, yups sebuah rumah sehat yang beranggotakan ribuan anggota keluarga. Dalam sebuah rumah pasti ada kepala (ayah), wakil kepala (ibu), anggota (anak-anak). Tanpa adanya Ayah tak akan ada Ibu apalagi anak-anak, begitu juga tanpa adanya Ibu, tak akan ada ayah dan anak-anak. Terus kalau tidak ada anak-anak apakah mereka masih bisa dipanggil ayah atau ibu? enggakkan? Karena itulah kita adalah satu. Kita berdiri dalam satu lantai bernama bumi dan satu atap bernama langit. Namun jangan salah, susunan antara ayah, ibu dan anak tak bisa diganggu gugat. Kalau semua jadi ayah, gimana mungkin roda keluarga bisa terus berputar? Begitu juga kalau semua menjadi anak, waah bisa repot kalau nanti di antara anak ada yang berkelahi nggak ada yang misah. Hmm… bisa bunuh-bunuhan nantinya. Hehehe…

Seseorang pernah berkata padaku, tanpa adanya masalah kita tak akan belajar bagaimana menyelesaikan masalah. Terkadang, justru masalahlah yang mendewasakan kita. Membuat kita berfikir bagaimana jalan keluarnya dan bagaimana pula agar masalah yang muncul ini tidak terulang kembali. Belajar dari pengalaman istilahnya. Hmm bener juga ya! Tak beda halnya saat rumah sehat kita terusik dengan berbagai hal permasalahan. Sejak bergabungnya saya di sini, ada beberapa permasalahan yang sedikit banyak menyita perhatian saya dan hampir seluruh anggota keluarga ini. Yang masih sangat segar dalam ingatan kita contohnya adalah cerita Puri yang beruntun hingga terdakwanya Dr. Anugra Martyanto dan Olivia Anggraeni Putri, masalah FTR, masalah Ngotjoleria, dan mungkin masih ada banyak lagi. Hal tersebut sangat menguras air mata, kemarahan, dan berjuta rasa tidak menyenangkan lainnya. Namun hal tersebut mampu kita selesaikan bersama dan berakhir indah.

Masih ingat ketika cerita Puri booming? Banyak orang yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang berbeda, banyak orang yang menduga-duga tak jelas, air mata dan kemarahan ada di sana sini. Namun selalu ada hikmah di setiap musibah, yups! semenjak itu tali persaudaraan dan persahabat semakin kental karena benar-benar ingin tahu bahwa temannya itu adalah asli bukan fiktif. Selain itu juga menyadarkan kita bahwa pentingnya arti kejujuran dimana pun dan kapan pun kita berada. Bahkan Mba Inge yang memakai pic bunga pun sempat menjadi sasaran kala itu.

Lalu masih ingat juga kah dengan penasarannya Teh Rosiy tentang Dr. Anugra dan Olivia? Berkat adanya tulisan itu, kita kehilangan ke tiganya, kita kehilangan Teh Rosiy dengan gaya ceplas ceplosnya juga roti gambangnya yang sudah sampai ke Surabaya, kita kehilangan Dr, Anugra dengan tulisannya yang penuh cinta dan tulisan-tulisan mengenai kesehatan (baik kesehatan hati/batin maupun kesehatan raga/fisik kita) yang bermanfaat bagi semua kalangan, kita kehilangan Olivia, gadis kecil yang memiliki pemikiran luar biasa. Namun ada hikmah di baliknya, kita semakin bisa menghargai sesama kompasianers apapun profesinya.

Ke depan, pasti akan ada banyak batu rintangan juga hujatan caci makian yang entah dari mana datangnya, dan itu pasti ada. Dan itu akan tergantung pada kita, apakah kita masih bisa menata barisan sehingga mampu melangkah bersama ataukah memilih jalannya sendiri hingga kocar-kacir tanpa arah dan tujuan yang sama.

Special thank to: Prof. Nurtjahjadi yang mempunyai andil besar dalam pemecahan masalah mengenai cerita Puri, juga gayanya yang rendah hati, tegas dan sedikit narsis menjadi banyak dicintai sebagian besar kompasianers. Bahkan seminggu saja  tak terlihat, maka akan banyak sekali yang merindukannya.

Abi Elha memiliki dan mengasuh KLINIK CINTA, aktif di beberapa lembaga sosial, dakwah, banyak kompasianer dan masyarakat yang ikut dalam program terapi cintanya. Beliau yang kala itu "memulihkan keadaan" pasca terjadinya insiden penasarannya Teh Rosiy (duh kesannya gawat banget ya?), meskipun kala itu ada beberapa kompasianers yang "menyerangnya" toh akhirnya mampu berakhir dengan damai.

Om Jay sang guru teladan di Labschool, dihormati oleh para muridnya dihargai di kalangan kompasianers dan tulisannya yang konsen pada pendidikan membuat kita melek tentang dunia pendidikan kita. Petuah-petuah yang beliau sampaikan dalam tulisan-tulisannya mampu menyihir kita berubah menjadi jiwa-jiwa yang penuh keteladanan dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah.

*Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menggurui atau pun membuka kembali luka lama. Hanya saja ingin mencurahkan isi hati dan mengingatkan diri bahwa setiap permasalahan yang muncul pasti mampu kita selesaikan dan berakhir indah. Jika kita mampu melakukannya bersama-sama, menyatukan hati dan jiwa dengan cinta.

[caption id="attachment_107697" align="aligncenter" width="367" caption="Indahnya Kebersamaan"][/caption]

Salam Kompasiana!!

Semoga tak akan ada "bencana besar" yang mampu meruntuhkan rumah sehat kita!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline