Lihat ke Halaman Asli

Tuhan Menyesal Menciptakanku (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku terduduk disebuah batu dipinggir pantai, ditemani desiran ombak yang berlarian dengan riang, di balut dengan angin pantai yang beraromakan bunga teratai. Aku menyukai pantai, luas tanpa batas.

[caption id="attachment_45831" align="aligncenter" width="116" caption="dari Om Google"][/caption]

Saat aku termenung mencoba merenungi arti hidup, banyak sekali yang datang menawarkan diri untuk mengajakku bergabung. Yah…bergabung bersama mereka di sebuah dansa.

“Ikutlah denganku, kau pasti senang” kata makhluk diujung sana.

“Apakah hidup itu senang?” tanyaku tak bersuara.

“Sudah, ikut sajalah denganku, aku akan memberimu warna biru dan pink!”kata yang satunya lagi.

“Hmm….”

“Ayolah kawan…bersamaku sajalah! Aku akan menggendongku berkeliling pantai!”

“Kau tau aku suka digendong?”tanyaku dalam kebingungan.

“Aku tak tau mau menawarkan apa agar kau mau denganku, tapi percayalah kau tak akan menyesal” dia terlihat sangat mengiba.

“Maaf kawan, biarlah aku sendiri bersama Tuhan. Aku ingin menunggu hingga Tuhan memecahkan batu ini dan terlihat lahir darinya sebuah untaian kalimat indah yang menyejukkan.”

“Aku kecewa padamu kawan!” kata salah satu diantara mereka.

“Percayalah, aku akan tetap berkawan denganmu meskipun kita tak bisa berdansa bersama!”

Huft….mereka tetap pergi dengan kekecewaan yang tak terhingga. Pergilah kawan, suatu saat kau akan mengerti. Tak sedikitpun aku berniat mengecewakan kalian.

Sekarang tinggalah aku bersama Tuhan dan aku mencoba mengetuknya agar Dia segera mau berbicara.

“Tuhan kenapa Kau menciptakanku?”

“Aku ingin kau bertaqwa padaku!”

“Bertaqwa?”

“Iya…! Dan kaupun telah berjanji pada-Ku sebelum kau dilahirkan di bumi ini!”

“Aku berjanji?”

“Kau juga berjanji bahwa kau akan membantuku menebarkan kebaikan di bumi!”

Aku terdiam dan mencoba mengingat janji yang ku ikrarkan, oh Tuhan… aku mengingat janjiku. Dan aku merasa benci dengan diriku sendiri, aku tak tahu apa aku sudah memenuhi janjiku itu. Bahkan aku tak tahu, apakah aku mampu memenuhi janji itu?

“Oh Tuhan…. Kenapa Kau mengizinkanku terlahir jika Kau tahu aku tak mampu memenuhi janjiku?”

“Apa kau takut dan menyesal telah lahir di dunia?”tanya Tuhan.

“Aku tidak takut lahir di bumi ini Tuhan!”

“Lalu kenapa kau ragu?”

“Tuhan, apakah kau menyesal telah melahirkanku?” tanyaku tiba-tiba.

Tuhanpun diam tak menjawab.

Terlihat aku masih tersungkur di atas sajadah hijau dengan pipi basah.

“Ya Allah……ampuni aku!”jeritku dalam keheningan hati di suasana maghrib kali ini.

*Aku terbiasa menyungkurkan diri diatas sajadah bersamaan dengan dzikir sesaat setelah sholat. Dan itu sangat sering aku lakukan saat pikiranku sedang penat. Catatan kecil untuk renungan akhir tahun. SELAMAT TAHUN BARU 2010....!!! Dan terima kasih untuk para sahabat yang mencoba mengurai arti hidup disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline