Ada ungkapan menarik untuk mengawali tulisan ini. Ungkapan tersebut dikutip dari pendapatnya M.Taufiqi yang mengatakan bahwa mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yang secara efektif bisa mencapai tujuan dari belajarnya di perguruan tinggi.
Belajar di perguruan tinggi setidaknya memiliki empat tujuan, yaitu: peningkatan spiritualitas, intelektualitas, life skiil dan leadership. Life skill merupakan tujuan terpenting yang harus dicapai oleh mahasiswa.
Berbicara tentang life skiil, erat kaitannya dengan seberapa besar kemampuan mahasiswa dalam menguasai keterampilan dalam kehidupan. Sejatinya, mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yang mampu menguasai semua keterampilan penting dalam kehidupannya.
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai mahasiswa di era revolusi informasi ini adalah kemampuan berliterasi. Sejatinya, literasi bukan lagi bermakna membaca dan menulis tetapi lebih mengarah pada proses keberaksaraan, kebermaknaan, dan keberwacanaan dalam arti luas. Hal yang paling menonjol dari literasi ialah dunia baca-tulis.
Literasi (dalam hal ini baca-tulis) adalah santapan wajib bagi mahasiswa. Ironisnya, saat ini kemampuan literasi mahasiswa sangat rendah. Hal ini terbukti ketika mahasiswa disuruh membuat karya tulis, misalnya makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
Kebanyakkan dari mereka pasti kebingungan dan ujung-ujungnya melakukan plagiat. Isi makalahnya bukan hasil pemikiran sendiri, melainkan hasil copy-paste dari internet. Karya tulis yang dibuat semata-mata untuk menggugurkan kewajibannya.
Hal inilah yang melatarbelakangi Ngainun Naim untuk menulis buku luar biasa ini. Buku berjudul Proses Kreatif Penulisan Akademik: Panduan untuk Mahasiswa, sebagian besar berisi tentang aspek proses kreatif.
Sebagai dosen, ia berusaha keras untuk membangun budaya baca-tulis di kalangan mahasiswa. Penulisan buku ini merupakan salah satu wujud usahanya tersebut. Sekaligus sebagai alat untuk menjawab permasalahan mahasiswa dalam membuat karya tulis.
Sesuai judulnya, maka tulisan yang ada di dalamnya membahas tentang apek proses kreatif. Aspek-aspek yang dibahas merupakan aspek yang sering dialami mahasiswa ketika menulis karya ilmiah dengan segudang permasalahan yang seringkali tidak terpecahkan.
Isinya terkesan alami, simpel, dan mudah dipahami. Permasalahannya sederhana tapi sulit untuk dilakukan dengan konsisten. Bagian delapan merupakan salah satu permasalahan yang sederhana, yakni berjudul "Satu Hari Satu Halaman" (hal.69).
Di sini disarankan agar mahasiswa membuat karya tulis satu hari satu halaman. Kelihatannya sepele tapi sangat sulit untuk dilakukan. Semua orang pasti memiliki kesibukan, begitu pula mahasiswa. Sehingga seringkali hal ini dijadikan alasan ketika disuruh membuat karya tulis.