Lihat ke Halaman Asli

"Same as Ever"

Diperbarui: 27 Februari 2024   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fauzul Ikfanindika

Jika kamu hanya ingin bahagia, maka hal ini dengan mudah bisa kamu capai. Tapi jika kamu berharap lebih bahagia daripada orang lain, ini yang sulit. Karena kita selalu punya anggapan kalau hidup orang lain lebih bahagia. Wajar saja jika kamu merasa tidak bahagia.

Kekayaan dan kebahagiaan adalah dua sisi dalam satu koin. Apa yang kamu miliki dan apa yang kamu harapkan atau butuhkan. Contohnya begini, setiap orang punya kondisi hidup yang berbeda. Berapa banyak uang yang mereka miliki, di mana mereka tinggal, dengan siapa dan sebagainya.

Tapi di luar kondisi hidupmu sekarang, ada yang namanya kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu yang kita perlukan untuk menunjang hidup: makanan, tempat tinggal, pakaian dan sebagainya. Keinginan adalah sesuatu yang menjadi aspirasi hidup kita; rumah yang lebih besar, mobil lebih mewah dan sebagainya.

Tentu saja kondisi hidup dan kebutuhanmu mungkin sudah jelas terlihat dalam realita saat ini, tapi keinginan, itu hanya ada di kepalamu. Jadi ketika kamu melihat temanmu lebih sukses atau lebih kaya, jangan habiskan waktu untuk cemburu. Jauh lebih mudah untuk mengontrol ekspektasi hidup yang kamu inginkan daripada mengubah kondisi hidup yang kamu jalani sekarang.

Nah, kali ini saya akan membahas buku "Same as Ever" karya Morgan Housel. Buku ini membahas tentang bagaimana di tengah dunia yang berubah ada beberapa hal yang selalu sama, tidak peduli waktu dan ruang. 

Jika ditanya soal bagaimana dunia 50 tahun lagi, para ahli sekalipun kesulitan menjawab hal ini. Tapi di sisi lain apapun kondisi di masa depan, manusia masih tetap merespon pada keserakahan, ketakutan, peluang, risiko, ketidakpastian, afiliasi sosial dan bujuk rayu yang sama.

Tidak aneh, walaupun tingkat pendidikan semakin tinggi dan informasi semakin mudah diakses, di era sekarang kita masih bisa terjebak dalam penipuan keuangan. Kelakuan manusia yang tidak pernah berubah merupakan pelajaran sejarah yang paling berharga, karena ini merupakan cuplikan singkat soal apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Manusia lebih mudah didorong oleh sebuah cerita dari pada fakta statistik. Enggak percaya? Coba lihat pasar saham setiap harinya, harganya yang naik turun seringkali bukan karena fundamental perusahaan yang berubah, tapi cerita apa yang kita baca di internet. Misalnya, kita membaca kalau industri masa depan adalah mobil listrik. Maka tidak aneh apabila kita menjual saham yang kita miliki di perusahaan yang memproduksi energi fosil. Tapi apakah ini artinya perusahaan tersebut langsung merugi atau bahkan tidak bisa bersaing lagi? Belum tentu bukan? 

Saya merangkumnya menjadi tiga hal penting dari buku ini;

Pertama, perilaku yang tidak pernah berubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline