Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Kampung Budaya Padi Pandanwangi di Warungkondang, Cianjur

Diperbarui: 28 Juni 2022   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cianjur adalah salah satu kabupaten penghasil beras terbaik yang ada di Jawa Barat. Jenis beras yang terkenal yaitu Pandan Wangi yang memiliki wangi khas jika sudah dimasak. Sekarang, potensi alam kabupaten Cianjur berupa beras dan area pesawahan yang luas, tersaji dalam bentuk keseruan wisata yang bernama Kampung Budaya Padi Pandanwangi Cianjur yang dikelola oleh penduduk lokalnya sendiri dan dibiayai oleh pemerintah Cianjur. Singkatnya wisata edukasi ini bentuk kerjasama antara masyarakat sana dengan pemerintah Cianjur.
Kampung budaya padi pandan wangi merupakan tempat wisata edukasi yang berada di Cianjur, lebih tepatnya di Jl. Jambudipa, Mekarwangi, Kec. Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43261. Tak jauh dari pusat kota, hanya membutuhkan sekitar 20 menit untuk sampai ke tempat wisata ini. Tempat ini menampilkan wisata alam dan juga wisata edukasi dalam satu wadah. Wisata ini didominasi dengan hamparan pesawahan yang sangat luas dan juga ada sentuhan budaya seperti rumah-rumah adat sunda pada zaman dahulu. Wisatawan dapat melihat penduduk lokal yang utamanya memiliki mata pencaharian sebagai petani langsung sedang membajak sawah, menanam bibit padi, dan lain sebagainya. Pada waktu tertentu, atau jika wisatawan beruntung maka akan melihat sebuah pertunjukkan pagelaran seni dan budaya Jaipongan serta musik cianjuran di sebuah sanggar yang telah disediakan di sana. Tidak hanya itu, kampung budaya ini menyediakan tempat untuk menginap bagi wisatawan yang ingin rehat sejenak dari hiruk pikuknya kepadatan kota. Wisatawan dapat melihat jelas Gunung Gede yang menjulang tinggi sebagai pemandangan yang menakjubkan. Hanya dengan merogoh kocek 7.000 per orang untuk tiket masuk, wisatawan dapat melihat keindahan tersebut.
Namun sayangnya, pengelolaannya belum cukup baik ditambah promosi yang kurang membuat tempat ini tidak begitu terkenal terutama kalangan masyarakat Cianjur sendiri. Sehingga tempat ini sangat sepi, dan hanya didatangi oleh masyarakat sana saja. Selain itu, kurangnya fasilitas pendukung seperti penjelasan bangunan, sejarah didirikan, membuat pengunjung kebingungan fungsi-fungsi terkait dengan bangunan yang ada. Ditambah tempat yang hanya gitu-gitu aja kurang menarik perhatian para pengunjung dan cepat bosan.
Disisi lain, terdapat leuit atau lumbung untuk tempat padi yang sudah menjadi beras. Hanya saja bagi orang yang awam atau yang dari kota mungkin saja akan bertanya-tanya tempat apa itu sehingga pengelola dapat menambahkan informasi yang ditempel di bangunan untuk membantu pengunjung menambah wawasannya mengenai padi. Untuk fasilitas lainnya, seperti mushola, toilet, museum kecil sudah tersedia di sana yang semuanya terbuat dari kayu dan bilik. Tentunya hal tersebut untuk memberikan kekhasan di pedesaan.
Pengelola dapat menambah daya tarik wisatawan dengan menampilkan beberapa cara membuat padi hingga menjadi beras di sana atau memberikan pengunjung pengalaman dengan ikut membuat padi, menanam padi, atau mungkin saja membuat nasi di atas tungku. Jika tidak, cukup memberikan papan informasi di setiap bangunan seperti leuit agar pengunjung yang dari kota dapat mengetahui fungsi-fungsi bangunan. Tidak hanya itu, masyarakat sana pun dapat ikut andil dalam pengelolaan seperti membantu pengunjung menjelaskan dunia perpadian sebagai pekerjaan sampingan mereka. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka juga dapat memperkenalkan mata pencaharian petani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline