Lihat ke Halaman Asli

Menunggu Dering dari Petugas Piket

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang harus ku lakukan. Seperti menunggu yang memang pasti akan datang. Mmm bisa juga tak menyapa ketika listrik enggan menerka. Tiba-tiba saja deru pesawat terdengar begitu dekat menyentak kami yang tengah bergurau memetik nilai angka dalam turunan. Aku tak begitu yakin aku akan menggunakan ini semua dalam menghitung berapa lama lagi aku hidup. Aku pun tak begitu yakin ini akan menentukan siapa aku setelah ini.

Namun yang ku tahu...

Kasih  beliau yang begitu besar menuntunku untuk begitu mencintainya. Mencintainya dengan cara yang aku yakini. Orang lain mungkin melihatku menghiraukannya. Namun satu yang selalu aku pegang teguh bahwa beliau hanya perlu dihormati, dicintai dengan rasa yang tulus. Bukan lagi hanya pandai merangkai angka dalam kertas putih demi membuat beliau bangga tapi lebih kepada sikap kita dalam memandang beliau. Memandang beliau sebagai pahlawan kita.

Aku menganggap beliau bukan sebagai pahlawan yang memberiku kesempatan untuk mengerti akan angka yang ada di dalam whiteboard besar itu. Aku menganggap beliau lebih dari itu. Aku menganggap beliau sebagai jalan bagiku untuk mendapatkan sesuatu yang besar. Sesuatu yang aku yakini akan berharga kelak. Aku menganggap beliau sebagai induk tanaman yang tak akan pernah menggunakan lengannya untuk membuat sang bulir bibit tumbuh dengan cepatnya melainkan beliau akan melihat sang bibit tumbuh dengan sendirinya dan dengan setianya terus menanti tiba di mana bibit itu akan menjadi sosok yang bermakna.

Tiba-tiba saja deru pesawat datang lagi. Aku mengira bahwa tempatku ini kini menjadi lintasan terbang para pilot pemegang setir penuh rasa harap. Rasa harap seperti aku menunggu saat ini tiba. Saat di mana dering itu telah berbunyi. Yah, akhirnya waktu yang ku tunggu tiba. Sebuah waktu yang membuatku luang dalam menulis tanpa tinta. Istirahat sekolah yang menyenangkan. Terimakasih petugas piket telah menderingkan istirahat untukku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline