Lihat ke Halaman Asli

4 Akulturasi Budaya di Dunia Ada di Mesjid Demak

Diperbarui: 24 April 2024   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah terlintas dipikiran kami tentang keindahan corak yang terdapat di bangunan tua masjid Demak, dan bagaimana Masjid Demak dibuat agar tampak indah dan elegan. Melihat sebuah bangunan tidak lepas dari padangan kita tentang nilai keindahan nilai didalamnya. Pernahkah terfikirkan oleh sebagian orang bahwa goresan-gooresan indah tersebut, merupakan gambaran dari akulturasi beragam budaya jawa, hindu, budha dan juga islam. Mesjid Agung Demak terletak di kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kec Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini merupakan suatu bangunan yang dikategorikan sebagai peninggalan sejarah khususnya peninggalan dari kerajaan Islam Demak. Sebagian orang yang bermukim dijawa, tentu tidak asing dengan bangunan ini, melihat  periodisasi waktunya bangunan Mesjid Demak ini dibangun pada abad ke- 15 M. Raden Patah dibantu juga oleh para Wali Songo berhasil membangun Mesjid Raya Demak yang sampai sekarang ramai dikunjungi dan dikenal sebagai peninggalan bersejarah kerajaan Islam Demak.

Menelusuri legenda yang berada di masyarakat, masjid agung demak ini diyakini oleh masyarakat setempat dulunya sebagai tempat singgah dan untuk berkumpulnya para wali atau seringkali disebut wali songo. Dari cerita masyarakat inilah demak dijuluki sebagai kota para wali songo hingga saat ini.

Keunikan bangunannya terlihat dari perpaduan antara budaya  atau yang sering kita sebut sebagai akulturasi budaya membawa pengaruh yang sangat besar terhadap bentukan dari masjid ini. Dari akulturasi budaya inilah bangunan masjid demak nampak berbeda dengan tempat ibadah muslim lainnya. Pola bangunan yang menggabungkan 4 budaya membuahkan keindahan dari segi asitektur

Pencampuran budaya ini sekilas terlihat rumit, tetapi dalam kombinasi antara budaya yang ada pada bangunan ini tidak menjadi suatu hambatan atau bahkan menghilangkan ciri khas dari 4 budaya tersebut. Sebaliknya, dengan adanya pencampuran budaya ini sebagai bentuk sejarah indonesia pada zaman dahulu yang beragam menghasilkan sebuah karya yang indah. Dimana banyak sekali aliran kepercayaan yang sudah ada seperti kepercayaan animisme, dinamisme, hindu-budha, dan kebudayaan islam. Kebudayaan hindu-budha yang ada pada masjid ini merupakan salah satu bentuk nyata  bahwasannya dulu daerah jawa khususnya daerah demak dikuasai oleh kerajaan majapahit yang mayoritas menganut ajaran hindu-budha. Alhasil bentuk akulturasi  ini bisa dicap sebagai  saksi sejarah adanya pengaruh hindu-buddha dan juga islam di tanah jawa salah satu contohnya adalah masjid agung  demak ini yang berada di kota  demak jawa tengah.

Mengenai bagaimana keunikan bentuk bangunan arsitektur bangunan tua ( Masjid Agung Demak). Kita akan melihat lebih dalam, dimana ada 4 pengaruh  kebudayaan yang bisa kita lihat dari asitektur masjid agung demak ini yang pertama adanya budaya jawa ( bangunan pertama masjid yang terlihat seperti rumah joblok, dimana rumah joblok ini  identik dengan budaya jawa ) yang kedua adalah pengaruh budaya hindu-buddha ( nampak dari bentuk atap tajup tumpang tiga yang ada di masjid agung demak ), yang ketiga adanya budaya islam ( banyak sekali makna simbolik serta nilai filosofi yang terlihat  pada unsur-unsur bangunannya ), dan yang terakhir adalah pengaruh budaya cina ( terdapat hiasan dinding yang mirip piring campak ) .

Mari melihat secara seksama bagaimana eksterior masjid tertua dipulau jawa ini bisa dikatakan sederhana namun pada nyatanya masjid ini terkesan megah, indah, dan penuh makna. Selain tempat beribadah masjid agung demak juga saat ini difungsikan sebagai tempat ziarah orang muslim.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline