Pada awal Maret, American Film Showcase (AFS) bersiap untuk menghadapi musim semi yang diprediksi akan sibuk dengan perjalanan diplomasi budaya selama 21 minggu dan bekerja sama dengan Misi Amerika Serikat di seluruh dunia.
Pembuat film Amerika dan pakar media akan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menjadi tuan rumah pemutaran film, memimpin lokakarya pembuatan film dan menjalin relasi dengan audiens lokal.
Tetapi karena Covid-19 menyebar dari Asia Timur ke Eropa, pembatalan program segera terjadi. Pertama adalah seri dokumenter yang ditunda tentang hak-hak disabilitas di Thailand, kemudian lokakarya penulisan TV regional di Kyrgyzstan dan kemudian lokakarya produksi dokumenter di Maroko.
Beberapa hari setelah SXSW (South by Southwest) dibatalkan, di mana AFS telah merencanakan untuk menjadi tuan rumah sekelompok pembuat film virtual internasional, staf AFS dikirim pulang untuk mempertimbangkan kembali diplomasi budaya people to people pada saat orang tidak dapat lagi berkumpul atau adanya pembatasan.
American Film Showcase, film utama dan program diplomasi TV pemerintah AS didanai oleh State Department's Bureau of Educational and Cultural Affairs (ECA) dan dilaksanakan oleh USC School of Cinematic Arts.
Dalam masa-masa normal, AFS melayani dua tujuan utama, yaitu AFS adalah program pertukaran budaya people to people yang mengirim pembuat film dan pakar media ke luar negeri dan koleksi film perjalanan yang darinya Misi Amerika Serikat dapat menjadi tuan rumah pemutaran lokal.
Bekerja dengan 40--50 kedutaan dan konsulat AS setiap tahun, AFS membawa film dokumenter Amerika, film independen, dan lokakarya mendongeng kepada banyak orang di seluruh dunia.
Banyak Petugas Layanan Luar Negeri Amerika yang bekerja di ruang urusan publik telah mengandalkan papan tulis film AFS dan daftar utusan untuk terhubung dengan organisasi dan audiens lokal.
Demi menjaga keamanan para utusan, Departemen Luar Negeri menahan semua program pertukaran langsung. Segera setelah itu, email dari Petugas Layanan Asing di lapangan mulai mengisi kotak masuk AFS dan ECA.
Mereka berusaha mencari cara untuk mempertahankan pekerjaan program development yang energik dan bervariasi dan ingin terus melibatkan audiens yang berbeda dengan deretan film AFS.
Akhirnya timbul beberapa pertanyaan, apakah mereka diizinkan untuk menayangkan film AFS di halaman Facebook kedutaan mereka? Karena Center Amerika ditutup, bagaimana mereka bisa terus memutar film AFS untuk pemirsa lokal?
Sedangkan prospek streaming film Amerika secara online menghadirkan sejumlah kendala untuk AFS sendiri. Renegosiasi ulang diperlukan untuk hak pemutaran setiap film AFS dengan distributor film Amerikanya dan mengatasi bandwidth internet terbatas untuk streaming di banyak negara.