“Ayah, kita lihat pameran rumah, yuk?”
“Ayah, kita lihat rumah di perumahan A, yuk!”
Itulah ajakan yang seringkali istri lontarkan kepada saya. Maklumlah, kami belum memiliki rumah. Sayangnya, kian hari harga rumah semakin naik sementara daya beli saya dan istri belum bisa memenuhi impian kami tersebut. Bolehlah dibilang, kami termasuk golongan yang mengalami distorsi pasar. Kenapa hal tersebut terjadi karena semua bahan-bahan bangunan semakin naik sementara pendapatan masyarakat terus berkurang karena adanya inflasi. Sebuah dilema, bukan?
Nah, dilema ini coba dijawab oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan selalu melakukan inovasi teknologi dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Apa saja sih teknologi yang sudah berhasil dikembangkan oleh Kementrian PUPR? Kebetulan, saya bersama kompasianer diundang ke acara Mengupas Penerapan Teknologi Hasil Litbang Bidang Permukiman. Dalam acara tersebut, saya mendapatkan banyak informasi bermanfaat mengenai pengembangan teknologi litbang yang sangat bermanfaat untuk masyarakat. Acara tersebut diadakan padahari Kamis, 7 Mei 2014 di Grha Wiksa Pranit,i Jl Turangga No 5-7, Bandung dan Desa Cimanggung, Sumedang (Destinasi Kunjungan). Grha Wiksa Praniti sendiri merupakan Puskim Convention Center yang dirancang dengan konsep green bulding dan menerapkan teknologi hasil litbang yang ramah lingkungan dan sesuai dengan kondisi iklim setempat. Fungsi dari Grha Wiksa Praniti sebagai Convention Hall, Exhibition Hall, dan Meeting Room. Di tempat inilah, saya mengkuti acara nongkrong bareng pupr dan mengikuti agenda acara berupa diskusi panel dan berkunjung ke ruang pameran.
Menurut saya, Grha Wiksa Praniti sendiri memang bangunan yang sangat unik. Bangunan ini benar-benar menerapkan konsep ramah lingkungan. Coba lihat permukaan jalannya menggunakan paving blok agar tanah tetap melakukan fungsinya sebagai resapan air. Di sekitar bangunan juga ditata ruang-ruang terbuka yang berfungsi sebagai upaya pengendalian iklim mikro dan resapan air hujan.Konsep bangunannya sendiri merupakan ruang terbuka sehingga bangunan mendapatkan pencahayaan yang layak dari sinar matahari dan hawa alami yang menyegarkan. Untuk pencahayaan malam hari menggunakan lampu solar cell sebagai energi listrik ramah lingkungan.
Nah, itu gambaran mengenai tempat acara. Lalu bagaimana dengan acaranya sendiri? Saya sebagai peserta mendapat kesempatan untuk melihat ruang pamer yang memamerkan berbagai inovasi teknologi yang sudah dikembangkan oleh Litbang. Banyak sekali teknologi mudah pakai yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat awam seperti saya. Ternyata, banyak sekali hal yang luput dari perhatian saya sebagai masyarakat yang harusnya menjaga lingkungan.
Saya bersama peserta lain pun berkesempatan mendapatkan paparan lengkap mengenai program-program pupr dari narasumber , di antaranya:
- Kepala Bidang Program dan Kerjasama: Iwan Suprijanto, ST, MT
- Rumah Instan Sederhana Sehat: Ir Budiono Sundaru (Perekayasa)
- Kunjungan Meninjau Subreservoir GWP: Sarbidi, ST, MT (Peneliti Bidang Air Minum & Penyehatan Lingkungan atau AMPLP)
- Kunjungan ke Workshop RISHA: M. Edi Nur, ST., MT. (Peneliti Bidang Struktur dan Konstruksi Bangunan)
- Kunjungan Pengolahan Air di DAS: Atang Sarbini, ST (Peneliti Bidang AMPLP)
- dan moderator Wardah Fajri
Bersama para narasumber ini, kami mengupas program permukiman 100-0-100. Yang dimaksud dengan program 100-0-100 yaitu ditargetkan tahun 2019 dapat memenuhi100% akses terhadap air minum, 0% kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi berupa air limbah, persampahan, dan drainase.
“Tugas utama dari pupr sendiri menciptakan permukiman yang layak. Sementara data 2014 tingkat capaian untuk air minum masih 68%, targetnya 5 tahun lagi harus 100%, kawasan kumuh 12% dan 5 tahun lagi harus 0%, dan akses sanitasi baru 60%, target 5 tahun lagi harus 100%. Kementrian PUPR sedang berusaha mencapai target program tersebut dengan mengadakan pembangunan infrastruktur dengan dukungan inovasi tekologi.” Ucap salah seorang narasumber.
Teknologi tersebut di antaranya RISHA, RIKA, Sub Reservoar, dll. Analogi pengembangan tekologi tersebut seperti minimarket yaitu banyak dan mudah diakses masyarakat. Bukan teknologi kompleks tapi sulit didapat oleh masyarakat banyak.
Lalu bagaimana standard rumah sehat menurut Kementrian PUPR? Rumah sehat tidak haruslah besar dan mewah. Rumah sehat haruslah memperhatikan kondisi lingkungan setempat yang meliputi arah dan kecepatan angin, orientasi matahari, komposisi bangunan di sekitar kapling yang akan dibangun.Letak dan orientasi rumah harus mempertimbangkan arah mata angun, di mana daerah dapur dan kamar mandi diletakkan pada arah timur-barat, daerah hunian diletakkan pada arah utara selatan. Hindari sisi bangunan yang paling luas tidak menghadap barat.
Ruang tidur ditempatkan menghadap matahari pagi, jendela sebaiknya tembus pandang agar sinar matahari dapat masuk ke ruangan sampai dengan pukul 10.00. Sedangkan pada arah matahari sore sebaiknya ada pohon pelindung untuk mengurangi panas dan cahaya langsung dari matahari.
Lalu apa itu RISHA?
Risha merupakan singkatan dari Rumah Instan Sederhana Sehat. Risha merupakan inovasi desain dengan rancangan teknologi konstruksi bangunan rumah tinggal dengan system bongkar pasang dengan komponen-komponen yang dibuat sevara pabrikasi.
“Pesan pagi, sore jadi,” ucap narasumber yang menyebutkan betapa mudah dan instannya teknologi RISHA.Kunci RISHA sendiri yaitu BMW yaitu Menekan BIAYA serendah mungkin, Menjaga MUTU dengan biaya standar, dikerjakan dengan WAKTU singkat. RISHA diharapkan dapat digunakan dalam penyediaan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah, rumah swadaya, serta memungkinkan diterapkan dalam menangani rumah pengungsi, rumah darurat, bahkan dapat digunakan untuk bangunan tidak permanen seperti direksi kit. Bahkan, teknologi RISHA dapat diaplikasikan untuk bangunan fasilitas umum dan sosial seperti bangunan ibadah, bangunan pendidikan, bangunan perkantoran, bangunan kesehatan, dll.
“RISHA sudah mempunyai paten dan punya standar, sudah teruji dan memenuhi syarat untuk menjadi rumah layak huni,” narasumber pun menegaskan.
Keunggulan:
-Lebih cepat
-Lebih murah
-Lebih ramah lingkungan
-Lebih tahan gempa
-Lebih ringan
-Dapat dipindahkan/bongkar pasang
Jangan khawatir, tipe RISHA dapat dikembangkan, mulai dari tipe 18, tipe 26, tipe 45. Bahkan, bisa menjadi rumah tingkat walaupun masih terbatas pada bangunan 2 tingkat.
Bagaimana Pengolahan Air?
Materi selanjutkan yang disampaikan yaitu mengenai teknologi pengolahan air. Menurut narasumber, sudah ada beberapa teknologi pengolahan air yang sudah dijalankan yaitu di antaranya sumur resapan air. Namun, sekarang litbang sendiri sedang melakukan inovasi teknologi pengolahan air yang disebut sub reservoir. Konsep dasar dari sub reservoar adalah tampungan air di bawah permukaan tanah. Kenapa di bawah permukaan tanah? Karena kondisi lingkungan yang sudah tidak memungkinan untuk membuat tampungan air di atas permukaan tanah. Hal tersebut disebabkan oleh mulai mengecilnya lahan-lahan terbuka, sehingga diperlukan konsep yang dapat melakukan pengolahan tanah di lahan sempit, jadilah teknologi sub reservoar.
Teknologi sub reservoar sendiri menggunakan genangan air hujan yang biasanya mengganggu masyarakat. Manfaat dari sub reservoar di antaranya sebagai cadangan air untuk pemadan kebakaran, sebagai cadangan air untuk penyiraman tanaman. Sementara itu keuntungan dari teknologi sub reservoar ini adalah kualitas air terjaga, warna air tidak berubah kehijauan karena tidak terjadi pertumbungan ganggang air. Nah, teknologi sub reservoar ini benar-benar bermanfaat untuk masyarakat umum seperti saya.
Selanjutnya, kami pun mendapat penjelasan lengkap mengenai permasalahan lingkungan yang coba diatasi dengan inovasi teknologi terbaru. Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah selesai acara sesi tanya jawab, kami paa peserta diajak mengunjungi workshop RISHA di Desa Cimanggung, Sumedang. Pengalaman luar biasa bagi saya yang secara notabene awam terhadap masalah lingkungan dan masyarakat. Seharian ini saya dapat melihat secara langsung inovasi teknologi yang bisa diaplikasikan untuk kesejahteraan masyarakat. Nangkring bareng yang sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H