Lihat ke Halaman Asli

Dimanakah Cinta Ini Berlabuh?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta…

Sebuah kata sederhana namun syarat makna.

Cinta…

Sebuah kata yang mampu mengubah pecundang menjadi jagoan.

Cinta…

Sebuah kata yang acapkali membuat kita menangis, bahagia bahkan marah.

Lantas apa itu cinta?

Cinta adalah sebuah rasa yang hadir mengalir dan tulus. Layaknya cinta Allah kepada makhluknya. Cinta orang tua kepada anaknya. Bukankah itu sebuah bentuk cinta yang tulus?

Namun kini banyak orang yang mengkerdilkan arti cinta. Cinta yang kita pahami hanya sebatas cinta kepada lawan jenis. Maka konteksnya, cinta seperti itu hanya akan terwujud dengan sebuah kata yang bernama pacaran.

Sejujurnya saya sengaja menulis artikel ini karena diri sedang merasa gundah. Maka menulis adalah salah satu cara agar kegundahan itu mengalir dan berganti dengan energi positif.

Jika waktu kembali diputar, banyak sekali penyesalan yang saya rasakan hanya karena salah mengartikan arti cinta. Beruntung Allah masih membimbing saya dan membantu saya hingga mengalami titik balik kehidupan. Tak bisa kita pungkiri, gejolak kawula muda dengan kata cinta sangatlah membara. Sehingga pandangan kita tak akan asing lagi saat banyak kaum muda yang menghabiskan waktunya dengan pacaran.

Sejujurnya saya pun menyadari, salah satu kemaksiatan yang secara sadar saya lakukan yaitu berkaitan dengan nafsu terhadap lawan jenis. Akhirnya diri ini terus berjuang agar hawa nafsu ini dapat saya kendalikan. Entah mulai dari mana, namun akhirnya saya menemukan sebuah solusi. Inilah solusi jitu agar kita bisa menjaga kemurnian kata cinta, solusi tersebut bernama PERNIKAHAN.

Sejak MOVE UP di tahun 2012, saya berniat untuk menemukan pasangan hidup saya di bulan November 2014. Dalam diam saya mencoba mengungkapkan sebuah rasa dan doa kepada Sang Pemilik Cinta. Seiring berjalannya waktu, ternyata niat saya itu belum terwujud. “Kok kamu belum menikah zi? Bukannya targetmutahun 2014?” Tanya salah seorang sahabat saya.

Saya berpikir dalam diam mengapa belum terjadi juga. Akhirnya ada seseorang yang memberitahu bahwa wajar saja saya belum menikah, toh target di bulan November 2014 itu adalah MENEMUKAN bukan menikah. Haha ia juga sih, memang ucapan adalah doa.

Tapi tahukah yang terjadi dengan target saya? Ternyata tepat di akhir tahun 2014 saya MENEMUKAN seseorang yang saya harapkan. Dialah sosok yang selalu ada dalam doa-doa saya. Apakah dia jodoh yang Allah berikan? Belum tentu juga, hal itu hanya akan terbukti saat akad sudah terucap.

Pelabuhan cinta terus ku cari. Berat rasanya menjaga diri agar senantiasa taat. Ya Allah diri ini hanya ingin menjadi hamba yang taat. Diri ini hanya ingin menjaga kemurnian cinta ini. Maka saya berdoa Ya Rabb, semoga impian saya untuk memurnikan cinta dapat terwujud dengan bahtera pernikahan di tahun 2015 ini. Aamiin.

Sambil menunggu hal itu tiba, saya akan senatiasa memantaskan diri agar calon bidadari yang datang nanti adalah seseorang yang memang pantas untuk kulabuhkan cintaku padanya.

Saya percaya, siapapun bidadari surga yang akan mendampingi saya kelak adalah dia yang mempunyai visi hidup yang sama dan selalu meniatkan dirinya hanya untuk ibadah kepada Allah.

Saya pun ikut mendoakan agar niat kawan-kawan semua yang ingin menikah di tahun 2015 ini dapat terwujud. Aamiin.

Lantas dimanakah cintaku akan berlabuh? Mari kita sama-sama tunggu dalam ketaatan kepada Allah sehingga kita bisa meraih ridho illahi. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Follow me at twitter @FauziNoerwenda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline