Lihat ke Halaman Asli

"Zaman Edan" Refleksi Suatu Masa

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup dalam suatu kehidupan yang fana’ ini akan selalu berdampingan dengan kebahagiaan, kecemburuan, tangisan, iri, egois, acuh tak acuh, prasangka positif,prasangka negatif. Tidak ada seorang manusia-pun di dunia ini yang akan lepas dari lingkaran kuasa tuhan yang telah ditetapkannya sebagai ciri, sifat dari manusia. Semua hambanya telah dianugerahi akal pikiran, naluri, nafsu, sebagai fungsi, respon terhadap berbagai peristiwa kehidupan yang silih berganti.

Tidak sedikit manusia di dunia yang memiliki kecenderungan untuk melupakan anugerah tersebut. Mereka semua disibukkan dengan rencana yang seringkali membuat hidupnya rumit. Dalam karangka pikir ilahiah selalu menuntut akan kebahagiaan yang diridhai oleh-NYA, namun mereka tidak pernah mengihlaskan hidupnya untuk memperjuangkan masa depannya sesuai dengan cita-cita yang selalu tertanam dihati sanubarinya.

Apakah realitas tentang kebenaran bahwa Allah telahmemberikan kebebasan untuk selalu berpikir dan melakukan berbagai daya dan upaya dijadikan kesempatan untuk berbuat sesuatu yang tidak memperdulikan hal ihwal mamfaat dan mudaratnya. Manusia dewasa ini suka berulah, berdendang tanpa harus peduli dengan masa depan hidupnya. Jika ada salah satu diantara manusia mengatakan banyak cara menuju masa depan yang baik dan indah, akan tetapi cara yang umum dan sesuai etika kemanusiaan cenderung dilupakan, mereka-mereka terkesan tegar tanpa ada suatu masalah sedikitpun, padahal hatinya telah tertatih-tatih sehingga berimplikasi pada kondisi tubuh yang kurang stabil, lebih-lebih lingkungan sekitarnya masuk dalam lingkaran keegoisan semata.

Sejelek apapun kondisi yang telah menghampiri hidup ini, janganlah pernah melupakan orang- orang yang selalu ada disampingnya, sang pemberi semangat, selalu tabah demi merangkai masa depan yang lebih baik. Manusia mustahil bisa bertahan tanpa manusia yang lain. Baik manusia itu kaya, pinter dan lain sebagainya. Manusia ada kalanya bisa berdiri tegak karena diri dan kemauannya, ada juga manusia rapuh tanpa orang lain. Tidak sedikit manusia terkapar dalam linangan hidup karena telah menyia-nyiakan orang yang ada di sekitarnya. Komunikasi batiniah telah dihianati, digandrungi dengan keraguan sehingga mengakibatkan terbentuknya manusia yang egoistik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline