Lihat ke Halaman Asli

Fauziah Rahmani

Mahasiswi Program S1-RPL FIK UI 2023

Perempuan dalam Profesi Keperawatan

Diperbarui: 7 Juni 2024   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perawat adalah profesi yang identik dengan perempuan. Bisa dilihat sejak bangku pendidikan, mayoritas mahasiswanya pasti diisi oleh perempuan hanya sedikit laki-laki yang memilih jurusan perawat hingga bisa dihitung jari jumlahnya. Dan jika dilihat dari sejarah berkembangnya keperawatan di dunia pada masa perang, tidak heran jika profesi ini identik dengan perawat. Karena pada masa itu laki-laki cenderung ditugaskan untuk berperang sedangkan perempuan yang bertugas untuk mengobati korban perang (Potter et al., 2013). 

Dalam hal pengembangan ilmu keperawatan pun mayoritas tokoh keperawatan adalah perempuan seperti Florence Nightingale, Virginia Henderson, Hildegard Peplau, Patricia S. Benner, Sister Calista Roy dan masih banyak lagi (Alligood, 2014).

Munculnya berbagai tokoh keperawatan dan teori yang mereka ciptakan membuat dampak baru bagi pengembangan ilmu keperawatan yang bisa kita rasakan sampai saat ini. Dimulai dari Florence Nightingale yang membawa konsep keperawatan moderen dengan teorinya tentang lingkungan. 

Nightingale menyebutkan bahwa lingkungan memiliki pengaruh terhadap proses pemulihan pasien sehingga perawat harus berupaya membuat lingkungan yang kondusif bagi pasien untuk hidup sehat. Teori ini tercetus saat ia sedang merawat pasien korban Perang Krimea (1853-1856). 

Pada saat itu ia melihat kondisi lingkungan rumah sakit dengan sanitasi yang buruk dan tingginya angka kematian. Setelah itu Nightingale merumuskan bahwa terdapat lima faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan yaitu udara segar, air murni, drainase yang efesien, kebersihan atau sanitasi, dan sinar matahari langsung (Alligood, 2014). 

Pengaruh tokoh perempuan lainnya dalam profesi keperawatan yaitu munculnya teori hubungan interpersonal yang diciptakan oleh Hildegard Peplau. Teori ini mulai diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952. Teori hubungan interpersonal memberikan dampak yang signifikan dalam praktik keperawatan jiwa modern. 

Dalam teori ini Peplau menyebutkan terdapat empat fase dari tahapan hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien yaitu orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Peplau menyebutkan bahwa hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien adalah pentingnya membangun hubungan saling percaya dan komunikasi yang efektif untuk mencapai kesembuhan mental pasien (Stuart, 2013).

Perempuan dalam profesi keperawatan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan profesi ini. Untuk berkontribusi dalam meningkatkan citra profesi perawat, tidak harus selalu dengan mengembangkan teori keperawatan. Namun jika ada kesempatan, opsi tersebut bisa dilakukan. 

Hal kecil yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan citra profesi yaitu menerapkan nilai nilai profesionalisme keperawatan. Nilai-nilai profesionalisme ini merupakan cerminan komitmen perawat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. Terdapat lima nilai profesional keperawatan yang harus dijalankan oleh perawat yaitu: altruism (kasih sayang), autonomy (otonomi), human dignit(martabat manusia), integrity (integritas), dan social justice (keadilan sosial) (Berman et al., 2016). 

Lebih jauh lagi, teruslah mengembangkan diri dengan belajar dan mengikuti pelatihan agar dapat beradaptasi dengan perubahan dan zaman yang terus berkembang.

REFERENCES

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline