Lihat ke Halaman Asli

fauziahrachmawati

Guru yang suka menulis dan jalan-jalan

Menulis: Investasi Dunia Akhirat

Diperbarui: 21 Desember 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SCRIPTA  MANENT VERBA VOLENT (Aristoteles)

Spoken words fly away, written words remain.

Suatu perkataan mudah dilupakan, tidak begitu halnya dengan tulisan

Mengapa harus menulis?

  1. Menulis tidak hanya mencurahkan apa yang ada pada imajinasi kita, namun juga memberikan kepuasan bila kita telah mencurahkan ide-ide kita
  2. Menulis itu menyembuhkan. Seberat apapun beban yang dipikul, ketika sudah diturunkan atau sudah dimuntahkan, maka dada kita tidak sesak lagi. Pikiran menjadi jernih dan hati lega, karea beban batin terangkat. Contoh: Tjiptadinata Efendi (Penulis buku Aplikasi Diri dalam Penyembuhan Diri dan Orang lain), beliau pernah mengalami gegar otak yang parah, sehingga tidak bisa lagi menuliskan tanda tangan. Penyakit beliau mulai pulih dengan menulis. Contoh lain Mbak Asma Nadia memiliki penyakit jantung, paru-paru, tumor, bahkan gigi membusuk. Beliau pernah cerita kalau dengan menulis, tumor nya berkurang dan kesehatannya bisa membaik.
  3. Menulis adalah ladang dakwah. Bandingkan jika kita berdakwah lewat lisan. Yang menerima pesan kita hanya orang yang ada di depan kita. Namun jika lewat tulisan, posting di notes, blog, koran atau buku.. banyagkan berapa banyak yang mendapat pesan dari tulisan kita. Inilah yang saya maksud investasi dunia akhirat. Di dunia membawa kebaikan, di akhirat insha Allah menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita. Aamiin
  4. Menulis membuat kita ada. Umur kita terbatas, bisa jadi pekan depan, tahun depan kita meninggal. Menulis menambah umur kita. Bayangkan saat kita meninggal, tulisan kita masih dibaca pembaca dan terjejer rapi di toko buku.
  5. .......(bisa disebutkan sendiri ^_^)

 

Tips menulis

  1. Niat karena Allah
  2. Membiasakan diri menulis setelah wudhu atau setelah sholat. Ingat Imam Bukhari yang selalu sholat dua rokaat sebelum menulis satu hadits. Karya beliau terus cermerlang, diterjemahkan, dan diperbanyak hingga hari ini
  3. Menulis dengan hati.
  4. Menulis dengan otak kanan dan otak kiri. Keluarkan apa yang ada di pikiran dan hati. Terus menulis tanpa melihat tulisan kita sebelumnya. Kalau Bunda menulis memakai komputer atau laptop, tak ada salahnya mengganti warna font menjadi warna putih. Setelah semua apa yang ada di kepala dikeluarkan, baru font diganti dengan warna hitam. Diamkan tulisan beberapa saat. Tiriskan ups. Lakukan aktivitas yang lain untuk beberapa jam atau hari. Setelah itu baca ulang. Mengapa harus ada jeda? Mendiamkan karya perlu dilakukan, karena saat kita membaca tulisan yang baru ditulis, ego kita masih tinggi. Kita puas dengan tulisan kita. Namun dngan memberinya jeda, kita memberi kesempatan otak kiri untuk mengedit. Bisa jadi EYD nya perlu diperbaiki, ada kata yang kurang pas, atau yang lain.

Ini bukan resep menulis. Untuk menjadi penulis maka satu-satunya cara adalah dengan menulis.

Salam

Fauziah Rachmawati

www.duniazie.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline