Covid 19 belum juga berakhir, kita masih di hadapkan dengan kondisi yang memaksa kita untuk terus bertahan dengan keterbatasan. Banyaknya korban yang terkonfirmasi virus korona semakin mengkhawatirkan seluruh masyarakat terutama yang memiliki tingkat aktifitas yang tinggi diluar rumah. Covid 19 dengan ganas mengintai nyawa siapa saja. Tanggal 10 Desember tercatat pasien meninggal bertambah 165 menjadi 18.336 orang (News.detik.com. 10/12/2020) .
Segenap upaya telah dilakukan oleh pemerintah khususnya dalam dunia pendidikan. Dari pemberian kartu kuota gratis, platform belajar on line gratis dan lain sebagainya. Pendistribusian informasi dan materi berbasis digital menjadi satu-satunya cara yang paling efektif tetapi disisi lain ternyata membawa dampak yang luar biasa bagi guru, orang tua dan siswa.
Terlebih dampak yang sangat dirasakan oleh orang tua dan siswa. Orang tua menjadi satu-satunya tumpuan siswa untuk mencurahkan permasalahan pembelajaran di masa covid 19, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang dalam proses pembelajaran online, sehingga peluang anak untuk berinteraksi digital dengan guru tidak semaksimal seperti pada pembelajaran konvensional (tatap muka).
Tidak sedikit keluhan siswa yang terabaikan tanpa penyelesaian karena keterbatasan waktu dan sebagian besar minimnya pemahaman orang tua ketika dihadapkan dengan tugas-tugas anak. Belum lagi beberapa orang tua yang harus bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah sehingga tidak bisa menemani dan membimbing anak selama belajar online.
Akhirnya anak berada pada titik jenuh bahkan timbul rasa bosan hingga meningkat menjadi stress yang sulit untuk dikendalikan.
Coba kita sejenak membayangkan disaat kita terbentur masalah dan tidak tau pada siapa kita mengutarakanya, orang terdekat (orang tua) yang dianggap bisa membantu ternyata tidak mampu memberikan dukungan.
Kondisi ini bisa memberikan cela bagi anak-anak kita untuk mencari jalannya sendiri dan tanpa kita sadari mereka tersesat dijalan yang tak diharapkan. Tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin hal ini terjadi.
Rencana Pembelajaran Tatap Muka 2021
Rencana pembelajaran tatap muka diawal tahun 2021 membawa kabar bahagia bagi beberapa orang tua siswa, mereka menyambut baik dan merasa lega jika pembelajaran tatap muka di mulai di awal tahun 2021, alasannya mereka menyadari bahwa mereka tidak mampu menjadi guru untuk anak mereka ketika menemani dan membimbing anak pada pembelajaran online.
Dikutip dari kanal YOU TUBE KOMPAS TV Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Markarim memaparkan "pemerintah telah melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, kanwil dan kemeneg untuk menentukan pemberian izin pembelajaran tatap muka (PTM) disekolah-sekolah dibawah kewenangannya. Pemberian izin ini bisa saja secara serentak atau bertahap tergantung kepada kesiapan masing-masing daerah sesuai dengan diskresi kepala daerah berdasarkan evaluasi kepala daerah dalam memenuhi semua checklist untuk melakukan tatap muka dan juga melaksanakan protokol kesehatan yang sangat ketat."