Lihat ke Halaman Asli

Fauziah Ayu Lestari

Ibu Rumah Tangga

Pembalut dari Serat Pohon Pisang, Solusi Jitu Atasi Pencemaran Lingkungan

Diperbarui: 8 Juli 2023   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.saathipads.com

Tanaman yang bernama latin Musa  paradisiaca ini tumbuh subur di negara tropis, seperti Indonesia. Pisang sendiri merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Pisang kemudian menyebar ke berbagai wilayah dunia melalui jalur perdagangan dan penjelajahan. Dilansir dari wikipedia.id  tanaman pisang telah menyebar ke Pulau Madagaskar sejak 500 tahun sebelum masehi.

Tanaman pisang memiliki manfaat dari akar hingga daun. Buah pisang dapat diolah menjadi kudapan lezat atau dikonsumsi langsung. Jantung pisang juga dapat dikonsumsi menjadi hidangan yang sangat lezat, seperti sayur santan atau tumis jantung pisang. 

Manfaat daun pisang jangan ditanya lagi. Daun pisang sering dimanfaatkan untuk pembungkus makanan seperti nagasari, utri, atau kue -- kue tradisional lainnya. 

Selain itu makanan yang dibungkus dengan daun pisang akan menambah cita rasa tersendiri. Sementara bonggol pisang juga kaya akan manfaat. Selain dapat diolah menjadi makanan, bonggol pisang bisa menjadi obat alternatif berbagai penyakit pencernaan seperti typus, diare, wasir, dan disentri.

Tanaman pisang hanya berbuah sekali. Setelah dipanen batang pisang harus ditebang. Bagian yang paling jarang dimanfaatkan adalah batang pisang dan biasanya ini akan beralih menjadi limbah. Padahal jika dimanfaatkan dan diolah dengan baik, limbah batang pohon pisang ini dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomisnya.

Di India, ada sebuah perusahaan yang memanfaatkan limbah pohon pisang. Mereka mengolah serat pohon pisang untuk bahan utama pembalut. Pembalut ini dinilai  ramah lingkungan karena dapat terurai sendiri setelah dikubur selama 6 bulan. Bahkan jika dikubur pembalut ini bisa digunakan untuk kompos. 

Tentunya ini sangat bagus untuk mengatasi sampah pembalut plastik, yang mana sampah pembalut tidak bisa terurai sendiri justru mencemari lingkungan. Menurut Kristin Kagestu selaku CEO perusahaan, bahan yang dipilih sudah melewati uji laboratorium dan tidak akan menyebabkan iritasi atau ruam kulit.  

Awalnya ide ini muncul karena kesulitan wanita India untuk mendapatkan pembalut. Hanya sekitar 18 persen wanita India yang bisa mendapatkan pembalut. Itupun bagi mereka yang tinggal di perkotaan. 

Di pedesaan, pada umumnya wanita hanya menggunakan kain  sebagai pelapis saat menstruasi. Minimnya pengetahuan dan penyuluhan kesehatan membuat mereka tabu menggunakan pembalut modern.

Untuk mendapatkan seratnya pohon pisang dibelah menjadi dua lalu dipisah lapisan per lapisan dengan bantuan mesin. Dengan mesin inilah lapisan batang pisang akan diproses menjadi serat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline