Lihat ke Halaman Asli

Fauziah

Serenity

Kepanikan Nyata dalam Film "San Andreas"

Diperbarui: 21 Juli 2018   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Film (imdb)

Sepertinya saya harus memulai dari awal lagi, berlatih menulis. Baiklah... salam kenal kompasianers sekalian. Saya personil lama yang sedang berusaha mengejar ketertinggalan di KOMPASIANA ini. Terima kasih sudah berkenan mampir di lapak ini sambil membaca yang di rang-ringan di pagi minggu yang cerah ini.

Ini tontonan dua hari yang lalu, sebuah film yang berjudul San Andreas. Bukan film baru hanya saja saya baru berkesempatan menontonnya. Sebuah film yang disutradarai oleh Brad Peyton dan di tulis oleh Carlton Cuse, Carey Hayes, Chad Hayes memberikan gambaran bagaimana dahsyatnya bencana gempa yang terjadi. Mungkin akan biasa saja untuk yang belum pernah merasakan bencana alam semisal tapi tidak untuk saya dan mungkin teman-teman lain yang berada di tempat rawan bencana.
Kepiawaian pemain Dwayne "The Rock" Johnson, Art Parkinson, Carla Gugino, Alexandra Daddario, Will Yun Lee, dan Ioan Gruffudd memberikan pengalaman yang berbeda kepada penonton meskipun tidak pernah merasakan hal yang sama di dunia nyata. Peranan yang dimainkan Ray ( Dwayne "The Rock" Johnson ) yang berperan sebagai seorang pria yang berprofesi sebagai pilot helicopter menjadi sentra di film ini. Di menit awal film ini mengisahkan konflik rumah tangga yang terjadi antara Ray dan istrinya yang bernama Emma (Carla Gugino).  \

Mereka sedang mengurus surat penceraian. Di sisi yang berbeda Emma menjalin hubungan spesial dengan seorang kaya raya yang sedang membangun gedung tertinggi bernama Riddick (Ioan Gruffudd). Blake (Alexandra Daddario) adalah putri semata wayang Ray dan Emma setelah di tinggal mati adik laki-lakinya. Tema yang menjadi sentral kisah ini Blake yang akan ikut tinggal dirumah Riddick.   

San Andreas sendiri merupakan nama sebuah patahan atau tanah retak di California Amerika Serikat yang memiliki panjang 1200 km yang memisahkan lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara. Lawrence (Paul Giamatti), seorang ahli gempa bumi meneliti tentang apakah gempa bumi bisa diprediksi. Ternyata penelitian tersebut berhasil dan gempa bumi bisa diprediksi kapan akan terjadi. Mirisnya saat membahagiakan itu tidak bisa dinikmati bersama rekan kerjanya yang bernama Kim Park yang telah terlebih dulu tewas di sebuah bendungan.

Ray kembali mendapat tugas darurat untuk membantu dalam menyelamatkan korban gempa bumi dahsyat yang kemudian di susul tsunami. Dalam situasi genting Emma langsung menghubungi Ray meminta tolong. Gabungan efek yang epik di perlihatkan saat getaran gempa semakin kuat membuat gedung-gedung tinggi runtuh menjadi bongkahan. Adegan kepanikan yang diperlihatkan oleh segelintir orang yang anarkis berebut tempat aman sangat dramatis. Menggambarkan keegoisan manusia yang mementingkan dirisendiri.  

Blake yang sebelumnya berkenalan dengan Ben (Hugo Johnstone) yang sedang menunggu juga untuk wawancara kerja didampingi dengan Ollie (Art Parkinson), adiknya juga mengalami kepanikan yang sama disaat Ben bisa menemui Blake yang terjebak di mobil setelah di tinggal Riddick .

Dengan terjadinya bencana gempa bumi dashyat yang membuat kondisi California, Los Angeles hancur dan tidak terdapat tempat aman untuk menetap, Ray bersama dengan Emma yang kembali bertemu diantara puing-puing bagungan berusaha menyelamatkan putri mereka Blake yang juga berjuang untuk bertahan hidup. Dalam perjalanan yang begitu panjang akhirnya mereka menemukan Blake dan teman-temannya. 

Di detik-detik terakhir film mengambarkan kesedihan yang mendalam Emma saat mengetahui putrinya tak mampu bergerak setelah berjuang menyelamatkan diri dari reruntuhan gedung. Ray tidak menyerah mengingat kesalahannya di masa lalu, dia tidak mau merasa kehilangan yang kedua kalinya. Akhirnya Blake kembali bernafas setelah berbagai upaya penyelamatan yang dilakukan ayahnya, mengagetkan sekaligus menggembirakan semua orang.

Meskipun ada beberapa hal yang tidak mungkin dilakukan di kehidupan nyata saat terjadi bencana, secara umum film ini menampilkan bagaimana kepanikan itu sendiri yang terkadang lebih membahayakan nyawa kita di bandingkan bencana itu sendiri.

Selamat berakhir pekan kompasianers...

Malang, 21 Juli 2018
Fauziah Humaira

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline