Lihat ke Halaman Asli

Asuh dan Bimbinglah Buah Hati Anda dengan Baik dan Benar

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pola pengasuhan pada anak-anak terutama pada usia dini, merupakan satu tindakan dan sikap yang berpengaruh dalam kehidupan anak. Karena pola pengasuhan yang diterapkan orang tua akan membawa dampak yang besar bagi anak. Jika anak itu di asuh oleh orang tua dengan penuh kelembutan dan kasih sayang maka sifat dan sikap yang sama akan diterapkan anak pula dalam kehidupannya kelak. Namun, jika sebaliknya, seorang anak di asuh dan dibimbing dengan cara kekerasan maka pada usia dewasa atau remajanya anak akan melakukan hal yang sama atau bahkan mungkin melakukan hal yang lebih dari itu.

Banyak sekali fenomena pengasuhan anak yang kerap penulis dapati dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dalam satu lingkungan masyarakat terdapat dua keluarga yang memiliki anak dengan pola dan gaya pengasuhan yang sangat berbeda. Keluarga pertama sebut saja A mengasuh dan mendidik buah hatinya dengan cara yang sewajarnya. Maksudnya orang tua dari anak ini sangat mendukung apapun yang dilakukan oleh buah hatinya, tanpa harus ia melarang dengan cara kekerasan. Namun, ketika buah hatinya melakukan kesalahan orang tua menegur dan menasehati dengan kata-kata yang lembut dan tak ada satu nada marah yang dilontarkan kepada buah hatinya. Sedangkan keluarga B mengasuh dan mendidik buah hatinya dengan cara membatasi apapun yang akan dilakukan buah hatinya, untuk meningkatkan tumbuh kembang kemampuan motorik maupun keterampilannya yang lain. Dan ketika anak ini melakukan sedikit kesalahan maka tak hanya teguran pedas yang ia terima namun, terkadang kemarahan dan tindakan dari orang tua untuk menegur kesalahannya pun ia terima. Ketika dua anak ini menginjak usia kira-kira 6 tahun, sikap yang diterapkan orang tuanya dalam mengasuh dan mendidiknya mulai nampak dan tak jarang menerapkan sikap yang sama dalam kehidupannya.

Ketika mereka menginjak usia remaja. Sikap itu telah muncul dengan jelas pada diri masing-masing anak tersebut. Hal itu terlihat ketika dua anak tersebut bermain bersama teman-temannya. Mereka memainkan permainan tradisional yang sangat populer kala itu. Ketika salah seorang temannya melakukan kesalahan dalam menjalankan permainan itu, anak A yang telah di asuh dengan penuh kelembutan dan kasih sayang dengan melontarkan kata-kata lembut dan menenangkan hati mampu menasehati temannya dan juga melapangkan dada untuk memaafkan kesalahan yang telah temannya lakukkan. Namun, anak B ini berbanding terbalik dengan sikap dan prilaku anak A. Ia justru memarahi dan tak jarang melontarkan kata-kata pedas untuk menegur temannya yang telah berbuat kesalahan tadi.

Karena pola asuh yang telah diterapkan kepada anak A yang kala itu orang tuanya mengajarkan kepadanya untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain terhadapnya, dan selalu menegurnya dengan kata-kata yang lembut. Maka anak A ini mampu memahami dan memaklumi kesalahan temannya, dan bahkan ia mampu dengan mudah memafkan kesalahan temannya tersebut dengan alasan bahwa jangankan anak remaja yang bisa berbuat salah, orang dewasa saja yang sangat pandai memilih perbuatan pun akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan anak remaja ketika ia lupa.

Namun sebaliknya, anak B ini tetap dengan pendiriannya, bahwa yang salah tetaplah salah, tidak ada pengecualian entah itu kesalahan yang sengaja maupun tidak. Dan anak itu terus memojokkan temannya yang melakukan kesalahan tadi. Karena tidak tahan dengan omongan anak B yang selalu memojokkannya, ia pun tak dapat menahan air matanya, dan akhirnya ia menangis dan meminta maaf kepadanya. Setelah beberapa waktu anak A dan B ini membicarakan solusi yang terbaik, maka dengan hati yang kurang lapang anak B ini memaafkan kesalahan temannya. Dan dari kejadian itu, anak yang telah melakukan kesalahan tadi berjanji untuk lebih hati-hati dan teliti dalam melakukan sesuatu.

Hikmah dan pesan yang dapat dipetik dari kisah singkat di atas adalah sebagai orang tua seharusnya kita memberikan bimbingan dan didikan yang baik bagi buah hati kita, agar didikan yang baik itu berdampak dan diterapkan dalam kehidupan mereka ke depannya. Dan sebagai orang tua jangan melakukan tindakan negatif yang dapat merusak pribadi buah hati anda. Karena apa yang dilakukan orang tua secara tidak langsung akan ditiru oleh buah hatinya. Dan karena anak merupakan cerminan dari orang tunya. JJ




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline