Lihat ke Halaman Asli

Menulis untuk Bangsa

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Menulis merupakan satu dari sekian potensi yang dimiliki seseorang. Dari menulis disadari atau tidak, penulisnya sedang mengkonstruksi sistematika berfikir. Kata-kata dalam tulisan itu berbeda dengan lisan karena tugas seorang penulis adalah mencerahkan dan menjelaskan kepada pembacanya agar tidak bertanya-tanya karena kebingungan setelah membacanya. Dari sinilah seorang penulis dituntut untuk menjelaskan secara detail apa yang dituliskan bila perlu dengan bahasa yang mudah dimengerti khalayak.

Bakat bukan menjadi faktor utama menjadi seorang penulis. Memang kadang seseorang kebingungan akan mulai menulis dari mana padahal tidak perlu bingung, tuliskan saja apa yang terlintas dalam pikiran toh kalaupun tidak nyambung tidak mungkin kata “yang tidak nyambung” itu akan hinggap seribu kali dalam pikiran. Menulis itu hanya membutuhkan dua bahan yaitu pengalaman dan informasi. Pengalaman, semua orang pasti punya namun kadang menurutnya tidak menarik padahal jika daya imajinasinya tinggi dan diberikan sedikit percikan ini dapat menjadi sebuah tulisan yang menarik. Informasi, ini dapat di dapatkan dari konteks dan teks, konteks kita dapatkan dari keadaan sekitar asalkan kita peka pasti akan dapat inspirasi apapun itu untuk menjadi bahan menulis sedangkan teks didapatkan dari berbagai bacaan baik melalui media cetak atau elektronik.

Jika sudah mendapatkan inspirasi, segeralah tuangkan gagasan itu dalam bentuk tulisan. Jika tidak sempat, maka tulislah poin atau inti tulisan tersebut tempat yang praktis, misal ditulis di handphone. Kalau terus menunggu dan hanya diingat, gagasan yang brilian tersebut akan terbuang ke tong sampah yang bernama lupa. Inilah yang seringkali terjadi pada penulis pemula, dimana gagasan tersebut tertunda sehingga tidak melahirkan karya apapun.

Apa yang dituliskan itu harus dipertanggung jawabkan setiap kata-katanya karena tanggung jawab seorang penulis ada dua yakni: tanggung jawab ilmiah dan tanggung jawab terhadap tuhan yang maha esa. Gagasan yang dicoba penulis tawarkan ke khalayak harus bersifat edukatif bukan sebaliknya karena banyak tulisan yang telah dipublikasiakan namun kurang ilmiah, menyesatkan bahkan merusak moral. Tentu ini harus dihindari oleh seorang penulis karena menulis jika alasannya pragmatis maka racunlah yang akan masuk dalam gagasan-gagasannya.

Penulis pemula membutuhkan motivasi dan teladan. Inilah yang tidak banyak ditularkan oleh seorang penulis yang telah profesional padahal ini sangat urgen untuk seorang penulis pemula untuk konsisten dalam menulis dan sebagai bibit yang akan melahirkan penulis lainnya. Dalam hal ini, dibutuhkan sebuah komunitas sebagai wadah belajar dan pembiasaan bagi para penulis pemula untuk dapat mengukir jejak menjadi seorang penulis profesional karena mereka membutuhkan petunjuk untuk hasil tulisannya. Kominitas yang telah terbentuk, harus mensosialisasikan dan memperluas perekrutan anggotanya. Jika ini dapat terwujud dan berkelanjutan, Indonesia yang sedang haus gagasan akan segara terobati dahaganya oleh generasi mudaagar dapat menjadi bangsa yang produktif dan mampu sejajar dengan bangsa maju lainnya. Semoga..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline