Lihat ke Halaman Asli

Fauzan Taufur Ilham

Masih Anak Kuliah

Pentingnya Melek Huruf dan Peka Bunyi Huruf

Diperbarui: 15 Juli 2021   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Manusia adalah binatang berpikir." Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Ya, sementara pakar mendefinisikannya demikian, bahwa manusia termasuk Kingdom Animalia, tetapi mempunyai keistimewaan berupa akal budi. Dengan adanya akal budi itulah, yang menyebabkan manusia memiliki potensi pengetahuan.

Potensi pengetahuan manusia berarti setiap manusia mungkin mengetahui sesuatu dengan akal budinya. Jadi, akal budi tersebut adalah syarat agar manusia dapat mengembangkan potensi pengetahuannya. Selain itu, akal budi tersebut adalah nikmat anugerah Tuhan yang mahal harganya. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika digunakan dengan bijak dan penuh tanggung jawab.

Untuk dapat mengembangkan potensi pengetahuan demi mensyukuri nikmat anugerah Tuhan yang mahal itu, manusia harus berusaha. Usaha yang ditempuhnya itu disebut dengan belajar. Belajar adalah kegiatan untuk mendapatkan ilmu dari sumber ilmu. Sumber ilmu itu bisa berupa seseorang baik guru maupun tukang becak sekalipun (bukan bermaksud merendahkan, malah meninggikan), alam selain manusia, tulisan manusia, dsb. Sumber ilmu itu ibarat mata air dan pemiliknya adalah Tuhan, sedangkan belajar itu ibarat usaha untuk mengambil airnya. "Usaha untuk mengambil airnya" terkadang harus kita yang menempuh dan terkadang juga tidak. "Kita yang harus menempuh" itu adalah melakukan penelitian, percobaan, wawancara, dll, sedangkan "yang tidak harus" adalah membaca/mendengar hasil orang lain. Yang kedua itu relatif lebih mudah. Akan tetapi, sangatlah penting bagi kita, manusia.

Kendati relatif lebih mudah, membaca/mendengar hasil orang lain termasuk belajar juga sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Artinya, dengan cara demikian, kita dapat mengembangkan potensi pengetahuan menjadi lebih tahu, tahu, dan tahu. Ingatlah, pengatahuan itu sangatlah penting, teman-teman! Dengannya, hidup kita menjadi lebih mudah dan bermakna. Nah, adapun salah satu gerbang untuk membuka kemudahan hidup itu adalah diawali dari melek huruf (angka) dan peka bunyi.

Dilansir dari situs Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1466/sdgs_4/1, pada tahun 2020, angka melek huruf penduduk Indonesia di rentang usia 15-59 menurut setiap provinsi adalah lebih dari 95%, kecuali Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia telah mengalami suatu kemajuan meski masih harus banyak membenahi kekurangan, mempertahankan yang telah didapat, dan terus lagi maju. Dampak nyata dari melek hurufnya penduduk Indonesia adalah terbukanya kesempatan untuk kita dapat membaca buku. Buku adalah jendela dunia, sumber pengetahuan menuju kemudahan hidup di dunia. Namun, sayang, angka melek huruf penduduk Indonesia itu tidak diimbangi dengan minat baca yang tinggi sehingga nyatanya dampak tersebut kurang terasa.

Selain itu, pentingnya melek huruf, melek angka, dan peka bunyi huruf dan angka itu juga dapat dirasakan ketika berinteraksi dengan orang lain. Kita tidak dapat terlepas dari berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan akan dapatnya berinteraksi dengan orang lain itu menimbulkan lahirnya kosakata. Kata dikelompokkan menurut bahasa, bidang, kelas, ragam, dan jenis. Artinya, kata dapat dipahami berbeda menurut kelompoknya. Misalnya, kata "angel", dalam bahasa Inggris berarti "malaikat", tetapi lain halnya dalam bahasa Jawa yang berarti "sulit". Dari sini kita memahami bahwa membaca/mendengar itu tidak cukup dengan melek huruf dan peka bunyi, tetapi harus dapat memahami kata, lalu klausa, kalimat, dst.

Dengan demikian, melek huruf, melek angka, dan peka bunyi memang merupakan hal yang paling dasar dalam belajar ala membaca/mendengar karya orang lain. Akan tetapi, justru karena itulah, melek huruf, melek angka, dan peka bunyi menjadi sangat penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline