Lihat ke Halaman Asli

Menulis, Siapa Takut?

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13860630571788778659

Aku rindu menulis, meskipun aku tak pandai menulis -- menulis itu mudah, mencurahkannyalah yang susah--. Betapa tidak, saban hari aku selalu memikirkan apa yang harus aku tulis tapi tetap saja aku tidak menulis. Resah rasanya bila sehari tidak menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Ya setidaknya ada cerita pribadi atau bukan yang bisa dibagikan demi menambah wawasan orang lain. Toh mengamalkan ilmu yang bermanfaat buat orang lain merupakan amal yang tidak pernah terputuskan sekalipun si pengamal telah tiada.

Menulis. Dengan menulis aku bisa mencurahkan semua isi pikiranku melalui dua puluh enam huruf alfabet, sepuluh angka, dan beberapa karakter maupun simbol yang tersusun rapi sesuai dengan ejaan. Dengan menulis, aku yakin ada kekuatan bisa tercurahkan lewat kata-kata yang mungkin tak teruraikan melalui ucapan. Dan dengan menulis juga, aku percaya ada suatu pesan perintah atas apa yang disiratkan pikiran dan hati yang kemudian disuratkan oleh jari-jemari yang mungkin tidak kita sadari ketika kita tidak menulis.

Kata-kata. Didalam kata-kata ada kekuatan yang tak tersibak melalui mata. Tapi, kekuatan itu hanya muncul melalui bacaan atau apa yang diucapkan. Lihat saja betapa Nabi Muhammad SAW menggunakan Al Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kepadanya sebagai pedoman hidup, yang dimana Al Quran tersebut merupakan petunjuk bagi semua umat manusia. Kemudian Soekarno yang mampu membakar dan menggelorakan semangat pemuda-pemuda Indonesia untuk berjuang melawan penjajah lewat untaian kata-kata dan pidatonya. Lalu lihat lagi betapa Andre Hirata, Raditya Dika, Tere Liye, Mira W., dan banyak penulis lainnya yang mampu memainkan perasaan, pikiran dan logika pembaca karya-karyanya lewat kata-kata yang dilirihkannya. Atau mungkin yang terakhir coba pikirkan buku kesayangan yang sanggup kita baca berulang-ulang kali tanpa mengenal bosan. Hebatkah kata-kata itu?

Semua yang kusebutkan diatas tentu tidak seperti dengan tulisan ini. Tulisan ini hanyalah sebuah refleksi tangan yang juga mendapat tekanan dari hati dan pikiran atas apa yang tak pernah aku tuliskan selama ini. Betapa banyak ide-ide, gagasan, pemikiran, maupun poin penting yang ditelurkan oleh pikiran dan hati tapi tak pernah aku tuliskan. Semuanya lewat begitu saja. Dan, ya benar, kekuatan itu pun tak pernah hadir dalam diri. Contoh, aku pernah menulis suatu surat kepada seseorang yang menyenangkan untukku, bisa dibilang seperti surat cinta, dimana aku menuliskan apa yang memang benar adanya atas pikiran dan hati. Tapi apa, entah karena kertas yang kualitasnya jelek, entah tinta pena yang warnanya tidak mengkilap, entah karena tulisanku yang seperti cakar ayam ataupun entah karena untaian kata-kata yang aku tulis itu tak bermanfaat baginya, aku tak pernah mendapat balasan atas surat-surat itu. Sekalipun! Ya mungkin seperti tak ada kekuatan atas apa yang telah aku tulis. Dan sejak saat itu pula aku tak pernah lagi menuliskan “surat cinta”.

Tapi bagaimanapun, aku percaya, bahwa penulis-penulis hebat itu tidak lahir dengan sendirinya sesuai dengan kondisi alam. Dibutuhkan kerja keras yang benar-benar keras, latihan yang tidak sebentar, tenaga yang tak sedikit, dan juga waktu yang tak singkat. Dan semuanya juga dimulai dari nol!!!

Pernah dalam suatu perjalananku di dunia maya, aku sempat menemukan kalimat yang benar-benar menyentak untuk membiasakan diri menulis, yaitu menuliskan kata-kata yang memang benar-benar bermanfaat bagi orang lain dan juga tentunya untuk diri sendiri. Kata-kata itu adalah: “Tasbih kata-kata tentang apa yang harus dituliskan. Maka ambillah pena dan berikanlah kesaksian agar kesadaran terbangun, kewarasan terawat, kebenaran terpelihara, dan kehidupan terjaga” – Moeflich Hasbullah.

Kemudian pada suatu kesempatan lainnya, guruku juga pernah berujar: “Ilmu yang kita dapatkan adalah layaknya burung yang bisa terbang bebas. Maka ikatlah ia -ilmu- lewat tulisan”.

Banda Aceh, 3 Des 2013. @fauzansjr




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline