Lihat ke Halaman Asli

Fauzan

Mengajar di Jurusan Hubungan Internasional UPN Yogyakarta

Menjembatani Disiplin Ilmu dan Wilayah dalam Studi Perbatasan (Limology)

Diperbarui: 18 Juni 2024   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama sebagian peserta simposium

Mengawali tahun 2024 di tengah musim dingin (Winter) dengan suhu minus 10-20, saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan simposium internasional yang diselenggarakan di Tallinn, Estonia. Simposium dengan mengusung tema "Bridging the Regions and Disciplines in Border Studies" diselenggarakan di Universitas Tallinn (Tallinna Ulikool), Estonia (17-20 Januari 2024). Kegiatan simposium ini didanai oleh Uni Eropa dan diprakarsai oleh sebuah lembaga bernama The Eur-Asian Border Lab, yang merupakan kolaborasi tiga kampus di Eropa, yakni Tallinn University (Estonia), University of Eastern Finland (Finlandia) dan University of Amsterdam (Belanda). Misi Eur-Asian Border Lab berfokus pada upaya untuk melampaui studi perbatasan tradisional dengan mengintegrasikan berbagai latar empiris dan gagasan dari wilayah pinggiran secara akademis ke dalam arus utama teori studi perbatasan.

Selain simposium, kegiatan diawali dengan roundtable discussion (17 Jan) di Parlemen Estonia (Riigikogu) dengan membahas tema "Decoupling world: What are the lines of de-risking from China for Estonia and EU?" & pemutaran film "Raise me a Memory" yang bercerita tentang memory kehidupan di daerah perbatasan yang diselenggarakan di kampus Universitas Tallinn.

Kegiatan simposium dimulai dengan keynote speaker yang memberikan wawasan menggugah pemikiran dari Prof. James W. Scott dari University of Eastern Finland dengan tema "Border Thinking: as an Evolutionary and Global Approach to Critical Border Studies," dan Dr. Swargajyoti Gohain dari Ashoka University dengan tema "Border Moving." Selama tiga hari, simposium ini berlangsung dalam berbagai panel, yang membahas berbagai tema mulai dari hubungan internasional, pemisahan hingga solidaritas lintas batas dan migrasi. Setiap panel mempertemukan para akademisi dari seluruh dunia, yang berkontribusi dalam diskusi yang mencerminkan ambisi simposium untuk menjembatani kesenjangan antar disiplin ilmu dan wilayah dalam studi perbatasan.

Koleksi Pribadi, bersama Prof. James W. Scott (University of Eastern Finland) & Prof. Victor Konrad (Carleton University, Canada)

Saya mendapat jadwal untuk presentasi di panel 1 dari 10 panel dan mempresentasikan makalah yang berjudul "Polymorphic borders and border security: Indonesian perspective." Panel 1 mengusung sub-tema: International Relations Meets Border Studies, yang dimoderatori oleh Prof. Eiki Berg dari University of Tartu, Estonia, yang menggarisbawahi komitmen simposium ini untuk mengembangkan perspektif teoritis yang inovatif dalam studi perbatasan.

Agenda acara yang komprehensif ini meliputi panel-panel tentang Hubungan Internasional Bertemu dengan Studi Perbatasan; Partisi, Identitas Teritorial, Yurisdiksi, dan Komunitas; dan Solidaritas Lintas Batas Informal, dan lain-lain. Sesi-sesi ini mengeksplorasi berbagai topik, mulai dari pendekatan transnasionalis untuk studi perbatasan di berbagai negara hingga politik perbatasan dalam hubungan internasional, yang menunjukkan dedikasi simposium ini untuk memajukan studi perbatasan melalui lensa multidimensi. Pada akhir simposium, terlihat jelas bahwa Eur-Asian Border Lab tidak hanya menyoroti tantangan dan peluang yang ada saat ini dalam studi perbatasan, namun juga menunjukkan arah masa depan untuk penelitian dan pengembangan teori dalam Studi Perbatasan.

Setelah acara simposium (18-19 Januari) selesai dilaksanakan di Universitas Tallinn, diakhiri dengan field trip (20 Januari) ke perbatasan di kota Narva (Estonia) yang berbatasan dengan wilayah Rusia. Maka pada tanggal 20 Januari, satu bus penuh dengan para akademisi studi perbatasan berangkat menuju Narva, dan dalam perjalanannya kita juga sempat mengunjungi air terjun yang sedang membeku di Jgala.

Koleksi pribadi. Sungai Narva, memisahkan wilayah Estonia dan Rusia

Perjalanan ke Narva di perbatasan Estonia - Rusia dilakukan setelah dua hari diskusi intensif di Universitas Tallinn, dan memberikan kesempatan untuk melihat perbatasan yang penuh muatan geopolitik antara Estonia dan Rusia. Di Narva, panel terakhir dari simposium ini juga dilaksanakan, tentang pendekatan kreatif terhadap perbatasan, yang berlangsung di Narva Art Residency.

Setelah perjalanan darat 3 jam lebih, akhirnya rombongan peserta simposium sampai di Narva. Narva adalah kota terbesar ketiga di Estonia, yang terletak di perbatasan Uni Eropa dan Rusia. Letaknya yang berada di perbatasan merupakan ciri khas yang paling menonjol bagi Narva baik di masa lalu maupun di masa kini. Hal ini membuat Narva menjadi tujuan wisata yang unik bagi seluruh dunia. Sungai Narva menjadi batas alam yang memisahkan wilayah Estonia di Narva dengan Rusia di Ivangorod. Terdapat jembatan (Peterburi) yang menjadi penghubung dan menjadi check point antara kedua wilayah negara. Dari sisi sungai ini, terlihat dengan jelas dan dekat wilayah Rusia di seberang.

Para peserta pertama-tama mengunjungi Balai Kota Narva, di mana mereka bertemu dengan mantan Walikota dan sejarawan kota tersebut, Katri Raik, penulis beberapa buku tentang Narva. Katri Raik mendiskusikan isu-isu penting yang dihadapi Narva, yang merupakan kota terbesar ketiga di Estonia dengan sekitar 95% penduduknya berbahasa Rusia. Setelah makan siang, para peserta simposium perbatasan mengunjungi Narva Promenade, yang membentang di sepanjang tepi Sungai Narva yang merupakan perbatasan antara Estonia dan Rusia, serta perbatasan eksternal Uni Eropa dan NATO.

Koleksi pribadi. Jembatan Peterburi (Narva friendship bridge) penghubung antara Estonia - Rusia 

Dari tepi Sungai Narva ini, para peserta field trip dapat melihat pemandangan pos pemeriksaan internasional dan jembatan yang menghubungkan Estonia dan Rusia, serta pemandangan kota Ivangorod di Rusia (Jaanilinn dalam bahasa Estonia, yang pada tahun 1649-1945 merupakan bagian dari kota Narva). Pada bagian akhir, para peserta simposium juga menghadiri panel akademis terakhir dari simposium ini di Narva Art Residency, yang dioperasikan oleh Akademi Seni Estonia. Panel terakhir mendiskusikan tentang Pendekatan Kreatif untuk Studi Perbatasan mencakup presentasi oleh para akademisi dan seniman tentang topik-topik yang berkaitan dengan studi perbatasan dan humaniora.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline