Lihat ke Halaman Asli

Fauzan Azhar

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Berantas Buta Aksara, KKM-DR UIN Malang Buat Taman Baca di Desa Bojong Koneng

Diperbarui: 3 Februari 2022   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

KKN adalah salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh Perguruan  Tinggi yang dilakukan oleh mahasiswannya di bawah bimbingan dosen. Kuliah Kerja Nyata merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan Perguruan Tinggi. KKN ini perlu diarahkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari masyarakat sesuai dengan potensi dan kebutuhan di lapangan. Maksud dari pengabdian kepada masyarakat yaitu mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di perguruan tinggi untuk di sebarkan ke masyarakat.

Namun pada masa ini KKN berlangsung sedikit berbeda dari  dikarenakan pada tahun ini terdapat wabah penyakit yaitu virus Covid-19 yang masih belangsung, sehingga terjadi perubahan dan penyesuaian dalam menjalankan program kerja yang sudah disusun. Dalam hal ini KKN berubah menjadi KKM - DR (Kuliah Kerja Mahasiswa - Dari Rumah) untuk menghindari penularan virus tersebut. Kami juga menerapkan protokol kesehatan sebagai pencegahan penularan virus Covid-19. Pada kegiatan KKM -- DR 2021/2022 saya bersama kelompok kerja yang telah dibuat, sepakat untuk memilih Kampung Garungsang Pasir, Desa Bojong Koneng yang terletak di Sentul, Kabupaten Bogor sebagai tempat mengabdi kepada masyarakat.

Kelompok kami beranggotakan 13 orang yang diketuai oleh seorang perempuan bernama Nabila. Perjalanan menuju desa menepuh waktu sekitar satu setengah jam dari titik kami berkumpul di bilangan Jakarta Timur. Kami bersama teman-teman menggunakan motor sebagai alat transportasi kami menuju Desa Bojong Koneng. Sesampainya disana, kami disambut oleh Pak Badrudin selaku Ketua RT setempat yang benar-benar terbuka untuk kami. Kami membicarakan banyak hal mengenai program kerja yang kami telah susun dibuat berdasarkan potensi yang dapat dikembangkan dan kebutuhan di kampung tersebut, salah satunya adalah taman baca.

Awal mula berdirinya taman baca adalah atas permintaan Ketua RW Kampung Garungsang Pasir. Setelah mendapat permintan tersebut, kami langusung berdiskusi berasama Ketua RT setempat yaitu Pak Badrudin, mengenai tempat pelakasaan Taman Baca dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mendirikan Taman Baca, kami juga meminta bantuan kepada Ketua RT untuk mengumpulkan adik-adik di Kampung Garungsang Pasir yang sekiranya membutuhkan bantuan untuk belajar membaca dan menulis.

Dokpri

Setelah itu yang kami lakukan adalah pembukaan taman baca kemudian dilanjutkan dengan pengenalan dan pendekatan dengan adik-adik taman baca, sehingga adik-adik yang hadir dapat mengenal para mahasiswa yang akan mengajar di taman baca. Sebelum memulai kelas kami melakukan placement test untuk mengelompokkan adik-adik taman baca sesuai dengan kemampuan baca tulisnya agar pembelajaran menjadi lebih efisien. Dari hasil test tersebut benar saja, ada beberapa dari mereka yang belum mengenal huruf abjad. Kondisi ini cukup memperihatinkan, dimana sentul dalam pandangan kami adalah sebuah kota yang megah dengan berbaga macam infrastruktur yang ada dan desa ini terletak tak jauh dari peradaban kota sentul. Setelah terbentuk beberapa kelompok membaca, kami mulai mengajari adik-adik mengenal baca tulis sesuai kemampuan masing-masing hingga sampai pada tingkatan selanjutnya.

Dokpri

Saat baru dimulainya kegiatan taman baca, kami merasa sedikit kesulitan karena beberapa dari mereka masih malu-malu untuk menjawab pertanyaan yang kami lontarkan ke mereka. Mungkin wajar apabila kami belum bisa terlalu dekat dengan adik-adik taman baca karena itu adalah pertemuan pertama kami. Sehingga taman baca yang kami buat ini menerapkan pembelajaran yang menarik, seperti penambahan permainan edukatif dan ice breaking di sela-sela materi agar mereka tidak merasa bosan dan kami bisa lebih dekat dengan mereka semua. Hal itu terbukti berhasil dimana keesokan harinya, semakin banyak adik-adik yang ingin mengikuti taman baca.

Dokpri

Dari semua kegiatan yang kami lakukan bersama mereka, yang paling berat adalah saat kami harus berpisah dengan adik-adik taman baca. Dimana setiap pukul 03.00 sore kami berkumpul bersama mereka untuk belajar membaca dan menulis, kini kegiatan itu telah usai. Di hari terakhir taman baca, kami mengadakan lomba dan hadiah untuk para pemenang serta alat tulis untuk mereka sebagai kado perpisahan dari kami. Di hari itu suasana haru menyelimuti pertemuan terakhir kami di taman baca. Semua adik-adik serta ibu-ibu yang hadir di taman baca semua menangis saat kami izin berpisah meninggalkan desa tersebut karena tugas kami telah selesai, begitu pula dengan kami, yang tak bisa menahan tangis karena perpisahan. Kami tak pernah menyangka dalam waktu yang singkat ini bisa sebegitu dekat dengan adik-adik dan warga setempat. Suasana haru menyelimuti pertemuan terakhir kami di taman baca

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline