Lihat ke Halaman Asli

Islam Syariat dan Negara-Bangsa

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13739845772003296027

Resensi Buku Oleh : Fauzan Anwar Sandiah Judul : Islam Syariat ; "Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia" Penulis : Dr. Haedar Nashir Penerbit : Mizan - Maarif Institute Tahun : Mei 2013 Tebal : 698 Hal

“Buku ini sulit disanggah..metodologinya pun sangat ketat” komentar Mahfud MD terhadap buku Haedar Nashir. Kesan ini memang begitu adil mengingat Haedar Nashir mencoba membentangkan kompleksitas diskursus gerakan-gerakan Islam dalam memperjuangkan syariat Islam di Indonesia. Seperti yang diakui oleh Haedar Nashir sendiri, bahwa menjelaskan sebuah perspektif baru mengenai kajian gerakan-gerakan islam tidak mudah, mengingat wilayah ini kian abu-abu karena tidak berimbang dan tidak adilnya metode yang ada untuk membedah persoalan ini. “Islam Syariat : Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia”, sudah pernah diterbitkan tahun 2007 dengan judul yang sama.

Wacana besar dalam dunia politik Islam adalah bagaimana membawa misi formalisasi syariat Islam yang diartikan begitu sempit ke dalam ranah publik yang begitu majemuk. Persoalan ini memang berangkat dari akar epistemologis yang begitu berseberangan. Setidaknya kita akan melihat masalah ini berangkat dari bagaimana merumuskan arti ruang publik dan ruang privat. Begitu lenturnya batas diantara dua ruang ini dalam wajah misi politik masing-masing kelompok membuahkan pro kontra yang tiada akan pernah berujung. Tawaran sekularisasi yang diajukan beberapa cendekiawan muslim seakan tidak pernah akan pernah menjadi jalan keluar lain.

Menurut Haedar Nashir (hal.54) kegagalan beberapa kelompok dalam gerakan-gerakan islam untuk mengusung kembali piagam jakarta pada momen era reformasi tidak pernah surut. Hal ini ditunjukkan dengan perjuangan piagam jakarta dalam format yang baru dan sama sekali berbeda namun dalam substansi yang sama saja. Format perjuangan sekarang dibantu secara intensif melalui upaya sosialisasi dalam forum-forum, mimbar, dan kajian-kajian. Yang paling nyata dari perjuangan ini adalah upaya untuk memuluskan peraturan-peraturan daerah yang bersumber dari al-Qur’an agar dapat diterapkan di wilayah masing-masing.

Meskipun Haedar Nashir sangat kritis mengupas tuntas pergolakan ideologi salafi dalam panggung “politik” bukan berarti serta merta meninggalkan aspek terpenting dari kajiannya. Bagi Haedar Nashir, memperhatikan sistem kepercayaan (belief system), adalah cara yang adil untuk mendekati objek kajian agar terhindar dari stigma (konotasi negatif) mengenai gerakan-gerakan islam. Maka Haedar Nashir mencoba upaya sintesis pendekatan untuk menjabarkan permasalahan gerakan-gerakan islam. Haedar Nashir tidak sekedar menggunakan kacamata positivis namun juga memperhatikan kacamata internal agar memberikan kekayaan pandangan dengan tidak terjebak pada romantisme gerakan islam sekaligus tidak terjebak pada muatan reduksionis pendekatan sosio-antropologi. Keberanian Haedar Nashir membedah persoalan gerakan-gerakan islam juga terlihat dari bagaimana perspektif gerakan sosial (social movement) turut digunakan untuk mendapatkan model metode yang ketat namun kaya inovasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline