Lihat ke Halaman Asli

Penyesalan Selalu Datang Belakangan

Diperbarui: 2 Oktober 2017   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Masa-masa sekolah adalah masa yang paling indah, begitu kata oarang-orang yang bisa dibilang tidak muda lagi. Nama ku Fauzan aku lulu tahun 2014 dengan jurusan Ipa dan aku rasa ilmu yang hanya aku dapat dari sekolah sangat kurang terlebih saat Ujian Nasional (UN) hampir yang aku pelajari tidak ada di soal.

Kelulusanku bisa dibilang keberuntungan tetapi saat aku menanyai teman-teman ku masalah nilai tidak jauh berbeda dengan ku. Awal aku lulus dan mendaftar di SNMPTN aku yakin dapat diterima, pengumuman SNMPTN diumumkan dan namaku... tidak ada ditaftar peserta yang di terima, memang Universitas yang aku ingin pertama adalah UNDIP Semarang.

Snmptn gagal aku mencoba Sbmptn dengan memilih Untirta sebgai Universitas pertama yang aku pilih. Berbeda dengan Snmptn, Sbmptn adalah ujian dan saat diumumkan hasilnya aku kembali tidak lolos. Di iming-imingin teman yang ingin masuk Unis Tangerang aku pun mencoba masuk bersama teman ku hanya untuk mendaftar sebagai cadangan terakhir bila tidak masuk PTN atau Perguruan Tinggi Negri.

Sambil menunggu ujian mandiri dari tiap PTN aku belajar sungguh-sungguh tapi hasilnya gagal. Ini mungkin salahku sewaktu SMA malas belajar dan lebih memilih bermain ketimbang belajar dan ikutbimbel di luar sekolah. Akhirnya, aku masuk Unis Tangerang yang kujadikan pilihan terakhir.

Aku menyesal di kota ini aku tidak sungguh-sungguh dalam meraih cita-cita dan mengikuti arus perkembangan zaman, padahal aku lupa masih banyak anak diluar sana ingin mendapatkan pendidikan seperti aku, hingga aku menulis fiksi ini didalam lubuk hatiku ada penyesalan yang hanya waktu yang dapat menghapusnya.

Aku berharap aku dengan Tangerang ini dapat akur dalam hal mencari pekerjaan atau menjadi pengusaha yang bisa memanfaatkan keindahan kota tercinta ku ini. Atau mungkin aku bisa memimpin kota ini, menjadi wali kota atau gubernur, agar penyesalan yang aku alami tidak terulang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline