Lihat ke Halaman Asli

Mampukah Program KB Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia dalam Era Sekarang ?

Diperbarui: 22 Desember 2015   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbagi dalam 34 provinsi. Dengan bermacam – macam suku, ras dan budaya. Dengan banyaknya provinsi dan luasnya wilayah, menjadikan negara Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar ke–4 dunia. Hal ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda . Di suatu sisi negara Indonesia memiliki kekuatan yang besar bagi negara Indonesia itu sendiri, Tetapi disisi lain kondisi ini menyebabkan beban negara menjadi semakin besar.seperti yang dilansir oleh CIA WORLD FACTBOOK bulan Juli 2015 lalu menyebutkan bahwa negara Indonesia berada pada urutan ke-4 dunia dengan rincian sebagai berikut. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur:

0-14 tahun: 25.82% (laki-laki 33,651,533/perempuan 32,442,996)

15-24 tahun: 17.07% (laki-laki 22,238,735/perempuan 21,454,563)

25-54 tahun: 42.31% (laki-laki 55,196,144/perempuan 53,124,591)

55-64 tahun: 8.18% (laki-laki 9,608,548/perempuan 11,328,421)

65 tahun and over: 6.62% (laki-laki 7,368,764/perempuan 9,579,379) (2015 est.)

 

Banyaknya jumlah penduduk di Negara Indonesia  yang tidak diimbangi lapangan pekerjaan yang mampu menampung angkatan terjadi sehingga timbul masalah seperti pengangguran, kriminalitas, kesenjangan sosial. Dengan adanya masalah tersebut membuat Pemerintah  Indonesia mencari solusi yang tepat salah satunya, Program KB. Program KB sendiri di Indonesia sudah ada pada masa pemerintahan orde baru tapi keberadaanya kurang mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia. Masyarakat sendiri mengaganggap program KB tidak penting. Mereka menganggap kalau memilki banyak anak, akan memiliki banyak rezeki pula . Pola pikir masyarakat yang seperti ini yang harus diubah pemerintah Indonesia demi  mensukseskan Program KB yang sudah lama dicanangkan.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional  (BKKBN) menyatakan program KB berhasil dan sukses jika indikatornya, dari total fertilty rate (TFR) dan laju pertumbuhan penduduk terus menurun (Sumber:Nasional.sindonews). Plt kepala BKKBN Ambar Rahayu mengatakan, realisasi positif dari program KB memang sudah terwujud, misalnya saja angka total fertilty rate( TFR) turun dari 5,6 menjadi 2,6. Laju pertumbuhan penduduk turun dari 2% menjadi 1,4%. Ambar mengatakan, keberhasilan program KB  ini dapat terlihat dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Upaya BKKBN dalam program KB ini ada dibeberapa akselerasi untuk meningkatkan pelayanan KB yang berkualitas dan merata. Tidak hanya didaerah yang gampang diakses peserta Kb, tetapi juga bekerja sama lintas sektoral seperti TNI untuk menjangkau kawasan terpencil , terluar dan tertinggal (3T).

Pada pemerintahan 2015, Presiden Jokowi meminta program KB kembali digaungkan, pasalnya program tersebut kini sangat penting dalam menekan laju pertumbuhan di Era sekarang. Jokowi juga mengatakan, pemerintah bertekad menggaungkan kembali program KB sebagai persiapan menghadapi bonus demografi yang diperkirakan mecapai puncaknya pada 2025-2045(Sumber:Nasional.Kompas) Bonus demografi adalah masa dimana struktur umur penduduk usia kerja 15-64 tahun melebihi  50%. Dengan hal ini Pemerintah benar – benar serius dalam mencanangkan program KB demi tidak melonjaknya laju penduduk di Indonesia  dari tahun ke tahun yang dapat dirasakan pengaruhnya.

Dengan adanya keseriusan Pemerintah dalam menggalakan program KB nantinya  program ini akan berhasil mengatasi masalah masalah yang ada. Hal ini tidak serta merta direspon  oleh masyarakat dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kesadaran masyarakat menggunakan alat kontrasepsi yang masih rendah, yang merupakan ini salah satu program dari KB. Menurut Pelaksana Tugas Deputi Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR) BKKBN Sanjoyo mengatakan, penggunakan alat kontrasepsi jangka panjang spiral (IUD) dan implan atau susuk sangat rendah. Presentase penggunaan alat kontrasepsi hanya  sekitar 18%. Sisanya menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek berupa pil dan suntik(Sumber:PrintKompas). Dengan adanya seperti ini Pemerintah dan BKKBN berjalan bersama melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman masayarakat tentang Keluarga Berencana (KB). Dan masyarakat dihimbau mendukung penuh program KB oleh pemerintah yang nantinya pengaruhnya akan dirasakan sendiri masyarakat Indonesia. Jika antara Pemerintah dan Masyarakat bersatu padu dalam mensukseskan Program KB , bukan tidak mungkin Program KB ini mampu menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dalam era sekarang ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline