Lihat ke Halaman Asli

Fauzan Widyarman

sesekali menulis

Melihat ‘Kehidupan’ Koran Kuning

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa hari terakhir penulis mencoba mengamati lebih jauh tentang koran kuning. Penulis sendiri belum begitu paham apa sebenarnya yang disebut dengan koran kuning; kriteria atau hal-hal lain sehingga bisa disebut seperti itu. Istilah ini umum dipakai di dunia akademik, atau bahasa Inggrisnya yellow press. Sejauh ini yang penulis pahami dari referensi, koran kuning yakni koran yang mengangkat berita untuk kalangan menengah ke bawah, sehingga cara memberitakannya berbeda dengan koran lain. Hal ini terlihat misalnya pada judul ataupun sub-judul berita.

Pos Kota

Salah satu koran kuning yang sudah melegenda, khususnya di Jabodetabek, yakni Pos Kota. Koran yang sudah terbit sejak 1970 ini cukup sukses menjalankan misinya sehingga oplahnya pernah menyaingi media massa mainstream. Hingga kini (2014) Pos Kota masih setia dengan identitasnya meskipun tantangan dan saingannya semakin berat.

Bagi penulis, membaca Pos Kota memberi kesan tersendiri. Berita umumnya enak dibaca. Dari halaman pertama, dapat ditemukan setidaknya 12 judul berita bersambung. Lanjut ke belakang, ada rubrik Aspirasi, Jakarta Raya, Bodetabek, Kriminal dan Hukum, Polkam, Sport, dan Rileks. Pada bundel berikutnya ada rubrik Sental-Sentil, Lambergar, dan Pos Pemilu. Sisanya, ada beberapa halaman iklan baris lowongan kerja, jual mobil, motor, rumah, dan nomor cantik.

Melihat isi berita pada rubrik-rubrik di bundel pertama, tidak begitu berbeda dengan media massa mainstream lain. Bahasa yang digunakan cenderung baku dan jelas. Hanya di kolom ‘Nah Ini Dia’ yang beritanya ditulis dengan bahasa sehari-hari dan pelesetan yang kocak. Berita-berita pendek ditampilkan padat dengan pola kotak. Namun judul tidak mengikuti pedoman EYD karena setiap kata tidak diawali dengan huruf kapital. Secara umum penulis menilai berita-berita di Pos Kota sudah bagus, informatif, dan menghibur.

Kemudian penulis berpikir sebenarnya dimana letak perbedaan (yang signifikan) antara media yang disebut koran kuning ini dengan media mainstream, karena koran kuning pun sudah mengikuti media mainstream. Salah satu sumber menyebutkan, koran kuning judul-judul beritanya cenderung sensasional dengan warna-warna yang mencolok. Tapi bagaimana kemudian hubungannya dengan isi berita?. Isi berita tampaknya sudah bagus, informatif, dan tidak asal-asalan.

Namun kalau target pembaca menengah ke bawah, penulis masih menemukan kecocokan isi koran dengan target. Artinya ini menjadi ciri khas koran kuning agar disukai target. Misalnya cara memberitakan berita. Isi berita bisa saja serupa dengan media mainstream, namun yang membedakan cara memberitakannya. Seperti sudah disebutkan, judul berita harus sensasional, bisa dibilang di Pos Kota memang cenderung seperti itu. Ciri lainnya yakni berita yang lebih pendek (kecuali berita halaman muka yang bersambung) sehingga lebih cepat dipahami.

Lampu Hijau

Kemudian penulis melakukan perbandingan dengan koran Lampu Hijau, yang juga sudah melegenda sebagai koran kuning di Jabodetabek. Lampu Hijau lebih tipis dari Pos Kota, meskipun sekarang (2014) harganya sama-sama Rp 3000. Di koran ini, ada perbedaan cukup mencolok.

Cara memberi judul di halaman muka contohnya. Judul ditampilkan dalam bahasa sehari-hari yang sensasional. Penulis kemudian berpikir apa ini yang sebenarnya disebut koran kuning? Baru melihat judul berita saja sudah menggelikan. Topik Lampu Hijau pun utamanya berita kriminal, kemudian diikuti politik, hiburan, dan olahraga.

Perbedaan berikutnya yakni gambar. Lampu Hijau beberapa kali menampilkan gambar syur di rubriknya. Menurut penulis hal tersebut memang tidak bisa dihindari agar lebih menarik target pembaca. Memang Lampu Hijau sudah dapat dibilang berhasil dengan tingginya oplah koran tersebut, yang bahkan dicantumkan di halaman muka sebagai koran dengan oplah terbanyak.

Membaca Koran Kuning

Lepas dari pengertian yang belum dipahami dengan jelas, koran kuning telah ikut berkontribusi dalam perkembangan media massa di Indonesia. Meskipun kontroversial, penulis merasa keberadaan koran kuning penting agar perbedaan kelas sosial di masyarakat sama-sama bisa mengakses media cetak dan mendapat beragam berita di dalamnya. Koran kuning pun sebenarnya dapat dinikmati oleh siapa saja, karena dengan kekhasannya kita bisa mendapat berita dari sudut pandang yang berbeda sekaligus banyak muatan hiburan di dalamnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline