Lihat ke Halaman Asli

Sang Sutradara (Sebuah Refleksi Politik)

Diperbarui: 6 Desember 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: trueactivist.com

Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Haruslah dicatat bahwa setiap momentum yang kita alami hari ini, masalah yang dihadapi, bahkan tindakan yang kita kerjakan hari ini, semuanya berawal dari sebuah rancangan besar. Darimanakah datangnya sebuah rancangan tanpa adanya seorang perancang? Dari situlah nanti semuanya akan berawal. Sebuah sistem bukanlah semata pekerjaan sederhana yang melibatkan orang – orang biasa, tapi buah tangan seorang planner hebat dengan tujuan yang hebat pula, kekuasaan. That’s It, politik adalah alat untuk mencapai kekuasaan dengan cara – cara yang terstruktur, strategis dan massif. Dan apa yang kita lihat di panggung politik, hanyalah panggung yang dimainkan oleh para aktor-aktor sesuai script yang ditulis sang sutradara.

Panggung, pemain, drama dan sutradara. Ini benar – benar terjadi, sekalipun itu hanya kita lihat ada dalam pementasan, that’s real. Secara komprehensif, sejatinya hidup juga ibaratkan panggung sandiwara, masing – masing dari kita adalah aktornya. Ada benarnya juga Band God Bless menulis dalam salah satu lirik lagunya, “Dunia Ini Panggung Sandiwara”. Tapi pertanyaannya, siapakah sutradaranya? Tuhan, ya sudah pasti, tapi jangan lupa juga, Tuhan juga mewariskan sebagian “Sifat”Nya kepada manusia. Yap, manusia memiliki potensi untuk menjadi sutradara. Sutradara yang dimaksud bukanlah seperti sutradara film atau opera yang selama ini kita saksikan di layar lebar atau panggung pementasan, sutradara ini disebut Invisible Man with Invisible Hand. Kita tidak tahu dia siapa, tetapi eksistensinya cukup berpengaruh untuk mengontrol hidup kita. Bahkan bisa jadi pengaruhnya melebihi seorang pemimpin Negara. Itulah politik, kalau Machiavelli dalam buku I’ll Principle menggambarkan seperti apa kronologis kekuasaan itu direbut, maka tidak lain itu karena ada seorang planner handal dibelakang kisah – kisah tersebut.

Sejarah mencatat, setiap pemimpin lahir melalui sebuah skenario, dan itu merupakan sebuah rancangan cerdas yang tidak terjadi secara kebetulan. Tidak hanya pada saat pemimpin itu dilahirkan, rancangan juga diciptakan dalam rangka mempertahankan kekuasaan. That’s It! Politik adalah seni, seni penyusunan rancangan strategis, penggiringan wacana publik, agitasi dan propaganda, dan semua itu tujuannya bermuara pada satu kepentingan, kekuasaan. Tidak ada yang lebih diimpikan seseorang selain kekuasaan, bahkan menurut Mao Ze Dong, kekuasaan itu lebih nikmat daripada seks. Kekuasaan lebih berharga dibandingkan harta sekian banyakpun jumlahnya. Jadi ada benarnya juga kita mengganti istilah “Kejahatan Lahir Dari Emas” menjadi “Kejahatan Lahir Dari Kekuasaan”. Tapi, patut kita catat baik – baik, jangan menghiraukan seseorang dibalik tirai, selalu ada seorang sutradara dibalik lahirnya kekuasaan. Dan justru, merekalah sejatinya Sang Penguasa!

Karena melalui sutradaralah wacana dan sistem itu dilahirkan. Dari dialah, wacana mana yang mau dibesarkan dan yangmana yang harus dipendam. Dari rancangan sistem dia pulalah, bagaimana hidup rakyat seharusnya, sejahterakah? melaratkah? Semua by design. Dari wacana lah muncul persepsi, dari persepsi inilah seluruh elemen masyarakat saling memberikan penilaian, pandangan, dan lebih bagus lagi mereka berdebat. Ya, berdebatlah dengan landasan kebenaran masing – masing pimpinan idolanya, sehingga mereka lupa dengan masalah penting yang sedang mereka hadapi hari ini. Masalah penting dimana itu mempengaruhi apa yang akan mereka makan esok hari, apakah anak – anak mereka keesokan pagi masih ceria menuju bangku sekolah, penting karena bisa – bisa mereka ditolak rumah sakit karena tidak ada biaya. Berdebatlah, biar kalian lupa!

Dunia adalah panggung sandiwara, begitu juga politik. Tidaklah selamanya indah lakon dipandang, baiknya tinggalkan bangku penonton, keluarlah dari permainan panggung, dan melawanlah! Kalian harus marah karena secara tidak sadar telah dijadikan penonton bahkan aktor yang menambah bumbu tragedi menjadi semakin dramatis. Sutradara semakin berjaya disaat drama terjadi sesuai script, sesuai targetan skenario. Sehingga saat pertunjukan sukses, tiket akan semakin mahal dan laris. Itulah keuntungannya, uang dapat, kejayaan dapat, pengaruh dapat, Gold Glory Gospel!

Begitulah Sang Sutradara, begitu apik merancang drama dan tragedi. Seolah, itu benar – benar terjadi dalam kehidupan nyata, padahal tak lain adalah sebuah sandiwara. Dan ingat, mereka yang tampil di panggung tetaplah para aktor yang patuh terhadap script dan skenario. Script dan skenario tetaplah milik Sang Sutradara, dari tangannya lah semua ditentukan. Lantas apa yang harus dilakukan? Kuasailah informasi (wacana), maka kau akan menguasai dunia, begitulah salah satu pepatah terkenal yang layak menjadi catatan. Lawan wacana dengan wacana, lawan sistem dengan sistem, ciptakan wacana dan sistem tandingan. Jeli memahami situasi dan membaca setiap penggiringan opini yang mengaburkan fakta, mencobalah untuk keluar dari arus utama untuk membangun kesadaran kolektif. So, sekali lagi, jangan hiraukan seseorang dibalik tirai.

Gambar: nullnews.us



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline